KESEHATAN
MENTAL
Dalam mendefinisikan kesehatan mental, sangat
dipengaruhi oleh kultur dimana seseorang tersebut tinggal. Apa yang boleh
dilakukan dalam suatu budaya tertentu, bisa saja menjadi hal yang aneh dan
tidak normal dalam budaya lain, dan demikian pula sebaliknya (Sias, 2006).
Menurut Pieper dan Uden (2006), kesehatan mental adalah suatu keadaan dimana
seseorang tidak mengalami perasaan bersalah terhadap dirinya sendiri, memiliki
estimasi yang relistis terhadap dirinya sendiri dan dapat menerima kekurangan
atau kelemahannya, kemampuan menghadapi masalah-masalah dalam hidupnya,
memiliki kepuasan dalam kehidupan sosialnya, serta memiliki kebahagiaan dalam
hidupnya. Notosoedirjo dan Latipun (2005), mengatakan bahwa terdapat banyak
cara dalam mendefenisikan kesehatan mental (mental hygene) yaitu: (1) karena
tidak mengalami gangguan mental, (2) tidak jatuh sakit akibat stessor, (3)
sesuai dengan kapasitasnya dan selaras dengan lingkungannya, dan (4) tumbuh dan
berkembang secara positif.
![]() |
Konsep Sehat
Ø Pengertian
Kesehatan
Secara umum,
pengertian kesehatan yaitu suatu kondisi atau keadaan secara umum seseorang
dari segi semua aspek. Dalam pengertian ini dimaksudkan bahwa kesehatan merupakan
tingkat keefisienan dari fungsional dengan atau tanpa metabolisme dari suatu
organisme dan juga termasuk manusia. Kesehatan dapat juga diartikan
keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Menurut Undang-Undang, kesehatan adalah keadaan
sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup
produktif secara sosial dan ekonomis. Pada tahun 1986, WHO, dalam Piagam Ottawa
untuk Promosi Kesehatan, mengatakan bahwa pengertian kesehatan adalah sumber daya bagi kehidupan sehari-hari,
bukan tujuan hidup. Kesehatan adalah konsep positif menekankan sumber daya
sosial dan pribadi, serta kemampuan fisik. Seseorang dikatakan sehat apabila ia
memiliki tubuh jasmaniah yang sehat, tidak berpenyakit, gizi yang baik, psike
(mental) rukhaniyah yang tenang, tidak gelisah, mempunyai kedudukan sosial yang
baik, mempunyai kehidupan dan rumah berlindung, serta dihargai sebagai manusia
(WHO,1984). Di dalam artikel ini saya akan menjelaskan konsep kesehatan berdasarkan
dimensi emosi, intelektual, sosial, fisik, dan spiritual.
Ø Konsep Sehat
Menurut Dimensi
1. Dimensi
Emosi, yaitu dimensi yang meihat
dari bagaimana
reaksi emosinya seperti menangis, sedih, bahagia, depresi, optimis. Kesehatan Emosional/Afektif dilihat dari
kemampuan mengenal emosi dan mengekspresikan emosi tersebut secara tepat.
2.
Dimensi
Intelektual yaitu dimensi yang melihat bagaimana seseorang berfikir dilihat dari
wawasannya, pemahamannya, alasannya, logika dan pertimbangnnya. Pikiran
sehat tercermin dari cara berpikir atau jalan pikiran
3. Dimensi
Sosial yaitu dimensi yang melihat
dari tingkah laku
manusia dalam kelompok sosial, keluarga
dan sesama lainnya serta penerimaan norma sosial dan pengendalian tingkah laku. Kesehatan Sosial dapat dilihat dari
kemampuan untuk membuat dan mempertahankan hubungan dengan orang lain, perilaku
kehidupan dalam masyarakat. Kesehatan sosial dapat dilihat juga dari kemampuan
untuk memelihara dan memajukan kehidupan pribadi dan keluarganya sehingga
memungkinkan bekerja, beristirahat dan menikmati hiburan pada waktunya (UU No
9: pasal 3). Kesehatan sosial terwujud apabila seseorang mampu berhubungan
dengan orang lain atau kelompok lain secara baik, tanpa membedakan ras,
suku, agama atau
kepercayan, status sosial,ekonomi, politik, dan
sebagainya, serta saling toleran dan menghargai. Dalam arti yang lebih hakiki,
kesejahteraan sosial adalah suasana kehidupan berupa perasaan aman damai dan
sejahtera, cukup pangan, sandang dan papan. Dalam kehidupan masyarakat yang
sejahtera, masyarakat hidup tertib dan selalu menghargai kepentingan orang lain
serta masyarakat umum.
4. Dimensi
Fisik merupakan dimensi yang dapat ditelaah secara langsung atau memiliki dimensi yang paling
nyata. Kesehatan fisik dapat dilihat dari kemampuan
mekanistik dari tubuh. Kesehatan fisik terwujud apabila sesorang tidak merasa
dan mengeluh sakit atau tidak adanya keluhan dan memang secara objektif tidak
tampak sakit. Semua organ tubuh berfungsi normal atau tidak mengalami gangguan.
Sehat jasmani merupakan komponen penting dalam
arti sehat seutuhnya, berupa sosok manusia yang berpenampilan kulit bersih,
mata bersinar, rambut tersisir rapi, berpakaian rapi, berotot, tidak gemuk,
nafas tidak bau, selera makan baik, tidur nyenyak, gesit dan seluruh fungsi
fisiologi tubuh berjalan normal.
5. Dimensi
Spiritual dilihat dari
kepercayaan dan praktek keagamaan. Kesehatan spiritual dapat dilihat dari
kemampuan seseorang dalam mencapai kedamaian hati.
Spiritual sehat tercermin dari cara seseorang dalam mengekspresikan rasa syukur, pujian, kepercayaan dan sebagainya terhadap sesuatu di luar alam fana ini, yakni Tuhan Yang Maha Kuasa misalnya dilihat dari praktik keagamaan seseorang. Dengan perkataan lain, sehat spiritual adalah keadaan dimana seseorang menjalankan ibadah dan semua aturan-aturan agama yang dianutnya.
Spiritual sehat tercermin dari cara seseorang dalam mengekspresikan rasa syukur, pujian, kepercayaan dan sebagainya terhadap sesuatu di luar alam fana ini, yakni Tuhan Yang Maha Kuasa misalnya dilihat dari praktik keagamaan seseorang. Dengan perkataan lain, sehat spiritual adalah keadaan dimana seseorang menjalankan ibadah dan semua aturan-aturan agama yang dianutnya.
C. Sejarah
Kesehatan Mental
Ø Sejarah
Kesehatan Mental Di era Modern Dan Gerakan Kesehatan Mental
Perubahan yang sangat berarti dalam
sikap dan pengobatan gangguan mental, yaitu dari animisme (irrasional) dan
tradisional ke sikap dan cara yang rasional (ilmiah), terjadi pada saat
berkembangnya psikologi abnormal dan psikiatri di Amerika Serikat, yaitu pada
tahun 1783. Ketika itu, Benyamin Rush (1745-1813) menjadi anggota staff medis
di rumah sakit Pensylvania. Di rumah sakit ini, ada 24 pasien yang dianggap
sebagai lunatics(orang-orang gila atau sakit ingatan). Pada waktu itu,
sedikit sekali pengetahuan tentang penyakit kegilaan tersebut, dan kurang
mengetahui cara menyembuhkannya. Sebagai akibatnya, pasien-pasien tersebut
didukung dalam sel yang kurang sekali alat ventilasinya, dan mereka
sekali-sekali diguyur dengan air. Rush melakukan usaha yang sangat berguna
untuk memahami orang-orang yang menderita gangguan mental tersebut. Cara yang
ditempuhnya adalah dengan melalui penulisan artikel-artikel dalam koran,
ceramah, dan pertemuan-pertemuan lainnya. Akhirnya, setelah usaha itu dilakukan
(selama 13tahun), yaitu pada tahun 1796, di rumah mental, ruangan ini dibedakan
untuk pasien wanita dan pria. Secara berkesenimbungan, Rush mengadakan
pengobatan kepada para pasien dengan memberikan dorongan (motivasi) untuk mau
bekerja, rekreasi, dan mencari kesenangan. Perkembangan psikologi abnormal dan
pskiatri ini memberikan pengaruh kepada lahirnya ”mental hygiene” yang
berkembang menjadi suatu ”Body of Knowledge”beserta gerakan-gerakan yang
terorganisir. Perkembangan kesehatan mental dipengaruhi oleh gagasan, pemikiran
dan inspirasi para ahli, terutama dari dua tokoh perintis, yaitu Dorothea Lynde
Dixdan Clifford Whittingham Beers. Kedua orang ini banyak mendedikasikan hidupnya
dalam bidang pencegahan gangguan mental dan pertolongan bagi orang-orang miskin
dan lemah. Dorthea Lynde Dix lahir pada tahun 1802 dan meninggal dunia tanggal
17 Juli 1887. Dia adalah seorang guru sekolah di Massachussets, yang menaruh
perhatian terhadap orang-orang yang mengalami gangguan mental. Sebagian
perintis (pioneer), selama 40 tahun, dia berjuang untuk memberikan
pengorbanan terhadap orang-orang gila secara lebih manusiawi. Usahanya,
mula-mula diarahkan pada para pasien mental di rumah sakit. Kemudian diperluas
kepada para penderita gangguan mental yang dikurung di rumah-rumah penjara.
Pekerjaan Dix ini merupakan faktor penting dalam membangun kesadaran masyarakat
umum untuk memperhatikan kebutuhan para penderita gangguan mental. Berkat usahanya
yang tak
kenal lelah, di Amerika Serikat
didirikan 32 rumah sakit jiwa. Dia layak mendapat pujian sebagai salah seorang
wanita besar diabad ke-19. Pada tahun 1909, gerakan kesehatan mental secara formal
mulai muncul. Selama dekade 1900-1909, beberapa organisasi kesehatan mental
telah didirikan, seperti American Social Hygiene Associatin(ASHA) dan American
Federation for Sex Hygiene. Perkembangan gerakan-gerakan di bidang
kesehatanmental ini tidak lepas dari jasa Clifford Whittingham Beers (1876-
1943).
Bahkan,
karena jasa-jasanya itulah, dia dinobatkan sebagai ”The Founder Of The Mental
Hygiene Movement”. Dia terkenal karena pengalamannya yang luas dalam bidang
pencegahan dan pengobatan gangguan mental dengan cara yang sangat manusiawi.
Dedikasi Beers yang begitu kuat dalam kesehatan mental dipengaruhi oleh
pengalamannya sebagai pasien di beberapa rumah sakit jiwa yang berbeda. Selama
di rumah sakit, dia mendapatkan pelayanan atau pengobatan yang keras dan kasar
(kurang manusiawi). Kondisi seperti ini terjadi karena pada masa itu belum ada
perhatian terhadap masalah gangguan mental, apalagi pengobatannya.
Setelah dua
tahun mendapatkan perawatan di rumah sakit, dia mulai memperbaiki dirinya.
Selama tahun terakhirnya sebagai pasien, dia mulai mengembangkan gagasan untuk
membuat gerakan untuk melindungi orang-orang yang mengalami gangguan mental
atau orang gila (insane). Setelah dia kembali dalam kehidupan yang normal
(sembuh dari penyakitnya), pada tahun 1908, dia menindaklanjuti gagasannya
dengan mempublikasikan tulisan autobiografinya yang berjudul A Mind That Found
It Self. Kehadiran buku ini disambut baik oleh Willian James, sebagai seorang
pakar psikologi. Dalam buku ini, dia memberikan koreksi terhadap program
pelayanan, perlakuan atau ”treatment” yang diberikan kepada para pasien di
rumah sakit yang dipandangnya kurang manusiawi. Di samping itu, dia merupakan
reformator terhadap lembaga yang memberikan perawatan gangguan mental. Beers
meyakini bahwa penyakit atau gangguan mental dapat dicegah atau disembuhkan.
Dia merancang suatu program yang bersifat nasional, yang tujuannya adalah:
1) Mereformasi program perawatan dan pengobatan terhadap
pengidap penyakit jiwa
2) Melakukan penyebaran informasi kepada masyarakat agar
mereka memiliki pemahaman dan sikap yang positif terhadap para pasien yang
mengidap gangguan atau penyakit jiwa
3) Mendorong dilakukannya berbagai penelitian tentang
kasus-kasus dan obat gangguan mental; dan
4) Mengembangkan praktik-praktik untuk mencegah gangguan
mental.
Program
Beers ini ternyata mendapat respon positif dari kalangan masyarakat, terutama
kalangan para ahli seperti William James dan seorang psikiatris ternama, Adolf
Mayer. Begitu tertariknya terhadap gagasan Beers, Adolf Mayer menyarankan untuk
menamai gerakan itu dengan nama ”Mental Hygiene”. Dengan demikian, yang
mempopulerkan istilah “Mental Hygiene” adalah Mayer.
Belum lama
setelah buku itu diterbitkan pada tahun 1908, sebuah organisasi pertama
didirikan, bernama ”Connectievt Society For Mental Hygiene”.Satu tahu kemudian
didirikanlah ”National Commite Society For Mental Hygiene”, dan Beers diangkat
menjadi sekretarisnya. Organisasi ini bertujuan:
1. Melindungi kesehatan mental masyarakat
2. Menyusun standard perawatan para pengidap gangguan
mental
3. Meningkatkan studi tentang gangguan mental dalam
segala bentuknya dan berbagi aspek yang terkait dengannya
4. Menyebarkan pengetahuan tentang kasus gangguan mental,
pencegahan dan penobatannya dan
5. Mengkoordinasikan lembaga-lembaga perawatan yang ada.
Secara
hukum, gerakan kesehatan mental ini mendapatkan pengukuhannya pada tanggal 3
Juli 1946, yaitu ketika presiden Amerika Serikat menandatangani ”The National
Mental Helath Act.4 Beberapa tujuan yang terkandung dalam dokumen tersebut
meliputi
1. Meningkatkan kesehatan mental seluruh warga masyarakat
Amerika Serikat, melalui penelitian, inevestigasi, eksperimen penanganan
kasus-kasus, diagnosis dan pengobatan;
2. Membantu lembaga-lembaga pemerintah dan swasta yang
melakukan kegiatan penelitian dan meningkatkan koordinasi antara para peneliti
dalam melakukan kegiatan penelitian dan meningkatkan kegiatan dan
mengaplikasikan hasil-hasil penelitiannya;
3. Memberikan latihan terhadap para personel tentang
kesehatan mental
4. Mengembangkan dan membantu negara dalam menerapkan
berbagai metode pencegahan, diagnosis, dan obat terhadap para pengidap
gangguanmental.
Pada tahun
1950, organisasi kesehatan mental terus bertambah, yaitu dengan berdirinya
”National Association For Mental Health”yang bekerjasama dengan tiga organisasi
swadaya masyarakat lainnya, yaitu ”National Committee For Mental Hygiene”,
”National Mental Health Foundation”, dan”Psychiatric Foundation”.
Gerakan
kesehatan mental ini terus berkembang sehingga pada tahun 1075 di Amerika
Serikat terdapat lebih dari seribu tempat perkumpulan kesehatan mental. Di
belahan dunia lainnya, gerakan ini dikembangkan melalui ”The World Federation
For Mental Health” dan“The World Health Organization”.
Pendekatan
Kesehatan Mental.
Ø Orientasi Klasik
Pada umumnya
digunakan dalam kedokteran termasuk psikiatri mengartikan sehat sebagai kondisi
tanpa keluhan, baik fisik maupun mental. Orang yang sehat adalah orang yang
tidak mempunyai keluhan tentang keadaan fisik dan mentalnya. Sehat fisik
artinya tidak ada keluhan fisik. Sedangkan sehat mental artinya tidak ada
keluhan mental. Dalam ranah psikologi, pengertian sehat seperti ini banyak
menimbulkan masalah ketika kita berurusan dengan orang-orang yang mengalami
gangguan jiwa yang gejalanya aalah kehilangan kontak dengan realitas.
Orang-orang seperti itu tidak ada keluhan dengan dirinya meski hilang kesadaran
dan tak mampu emngurus dirinya sendiri secara layak. Pengertian sehat mental
dari orientasi klasik kurang memadai untuk digunakan dalam konteks psikologi.
Mengatasi kekurangan itu dikembangkan pengertian baru dari kata
"sehat". Sehat atau tidak adanya seseorang secara mental, belakangan
ini lebih ditentukan oleh kemampuan penyesuaian diri terhadap lingkungan. Orang
yang memiliki kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan dapat digolongkan
sehat mental. Sebaliknya orang yang tidak dapat menyesuaikan diri digolongkan
sebagai tidak sehat mental.
Ø Orientasi Penyesuaian Diri
Dengan
menggunakan orientasi penyesuaian diri, pengertian sehat mental tidak dapat
dilepaskan dari konteks lingkungan tempat individu hidup. Oleh karena itu
kaitannya dengan standar norma lingkungan terutama norma sosial dan budaya, kita
tidak dapat menentukkan sehat atau tidaknya mental seseorang dari kondisi
kejiwaannya semata. Ukuran sehat mental didasarkan juga pada hubungan antara
individu dengan lingkungannya. Seseorang yang dalam masyarakat tertentu
digolongkan tidak sehat atau sakit mental bisa jadi dianggap senagat sehat
mental dalam masyarakat lain. Artinya batasan sehat atau sehat mental bukan
sesuatu yang absolut. Berkaitan dengan relativitas batasan sehat mental, ada
gejala lain yang juga perlu dipertimbangkan. Kita sering melihat seseorang yang
menampilkan perilaku diterima oleh lingkungan pada satu waktu dan menampilkan
perilaku yang bertentangan dengan norma lingkungan di waktu lain. Misalnya
melakukan agresi yang berakibat kerugian fisik pada orang lain pada saat
suasana hatinya tidak enak tetapi sangat dermawan pada saat suasana hatinya
sedang enak. Dapat dikatakan bahwa orang itu sehat mental pada waktu tertentu
dan tidak sehat mental pada waktu lain. Lalu secara keseluruhan bagaimana kita
menilainya? sehatkah mentalnya? atau sakit? orang itu tidak dapat dinilai
sebagai ssehat mental dan tidak sehat mental sekaligus.
Ø Orientasi Pengembangan Potensi
Seseorang
dikatakan mencapai taraf kesehatan jiwa, bila ia mendapat kesempatan untuk
mengembangkan potensialitasnya menuju kedewasaan, ia bisa dihargai oleh orang
lain dan sirinya sendiri. Dalam psiko-terapi (Perawatan Jiwa) ternyata yang
menjadi pengendalian utama dalam setiap tindakan dan perbuatan seseorang
bukanlah akal pikiran semata-mata, akan tetapi yang lebih penting dan
kadang-kadang sangat menentukkan adalah perasaan. Telah terbukti bahwa tidak
selamanya perasaan tunduk kepada pikiran, bahkan sering terjadi sebaliknya,
pikiran tunduk kepada perasaan. Dapat dikatakan bahwa keharmonisan antara
pikiran dan perasaanlah yang membuat tindakan seseorang tampak matang dan
wajar. Sehingga dapat dikatakan bahwa tujuan Hygiene mental atau
kesehatan mental adalah mencegah timbulnya gangguan mental dan gangguan emosi,
mengurangi atau menyembuhkan penyakit jiwa serta memajukkan jiwa. Menjaga
hubungan sosial akan dapat mewujudkan tercapainya tujuan masyarakat
membawa kepada tercapainya tujuan-tujuan perseorangan sekaligus. Kita tidak
dapat menganggap bahwa kesehatan mental hanya sekedar usaha untuk mencapai
kebahagiaan masyarakat, karena kebahagiaan masyarakat itu tidak akan
menimbulkan kebahagiaan dan kemampuan individu secara otomatis, kecuali jika
kita masukkan dalam pertimbangkan kita, kurang bahagia dan kurang menyentuh
aspek individu, dengan sendirinya akan mengurangi kebahagiaan dan kemampuan
sosial.
Daftar pustaka :
Yusuf,
Syamsu. 2004. Mental Hygiene Perkembangan Kesehatan Mental dalam Kajian
Psikologi
dan Agama. Bandung: Pustaka Bani Quraisy.
Burhanuddin,
Yusak. 1999. Kesehatan Mental.Bandung: CV Pustaka Setia.

