Senin, 24 Oktober 2016

Analisis Gaya kepemimpinan menurut para tokoh


1. Soekarno
Gaya kepemimpinan yg diterapkan oleh Ir. Soekarno berorientasi pada moral dan etika ideologi yang mendasari negara atau partai, sehingga sangat konsisten dan sangat fanatik, cocok diterapkan pada era tersebut. Sifat kepemimpinan yg jg menonjol dan Ir. Soekarno adalah percaya diri yang kuat, penuh daya tarik, penuh inisiatif & inovatif serta kaya akan ide dan gagasan baru. Sehingga pada puncak kepemimpinannya, pernah menjadi panutan dan sumber inspirasi pergerakan kemerdekaan dari bangsa-bangsa Asia dan Afrika serta pergerakan melepas ketergantungan dari negara-negara barat (Amerika dan Eropa).

Ir. Soekarno adalah pemimpin yang kharismatik, memiliki semangat pantang menyerah dan rela berkorban demi persatuan dan kesatuan serta kemerdekaan Bangsanya.

2. Soeharto
Gaya Kepemimpinan Presiden Soeharto merupakan gabungan dari gaya kepemimpinan Proaktif-Ekstraktif dengan Adaptif-Antisipatif, yaitu gaya kepemimpinan yang mampu menangkap peluang dan melihat tantangan sebagai sesuatu yang berdampak positif serta mempunyal visi yang jauh ke depan dan sadar akan perlunya langkah-langkah penyesuaian.

Tahun-tahun pemerintahan Suharto diwarnai dengan praktik otoritarian di mana tentara memiliki peran dominan di dalamnya. Kebijakan dwifungsi ABRI memberikan kesempatan kepada militer untuk berperan dalam bidang politik di samping perannya sebagai alat pertahanan negara. Demokrasi telah ditindas selama hampir lebih dari 30 tahun dengan mengatasnamakan kepentingan keamanan dalam negeri dengan cara pembatasan jumlah partai politik, penerapan sensor dan penahanan lawan-lawan politik. Sejumlah besar kursi pada dua lembaga perwakilan rakyat di Indonesia diberikan kepada militer, dan semua tentara serta pegawai negeri hanya dapat memberikan suara kepada satu partai penguasa Golkar Bila melihat dari penjelasan singkat di atas maka jelas sekali terlihat bahwa mantan Presiden Soeharto memiliki gaya kepemimpinan yang otoriter, dominan, dan sentralistis

3. Susilo Bambang Yudhoyono
menurut saya SBY lebih dominan menganut gaya kepemimpinan demokrasi sesuai dengan asas demokrasi yang dianut oleh negara ini (Indonesia). Dari proses pengambilan kebijakan, SBY tidak melakukannya sendiri namun melalui persetujuan pihak-pihak yang berwenang dan terkait misalkan DPR, MPR, MA dan lain-lain.  Namun dalam kondisi negara krisis peran SBY untuk menganut gaya kepemimpinan otoriter sangatlah diperlukan karena pada kondisi tersebut diperlukan tindakan yang cepat dan tepat. Namun dalam proses kepemimpinannya banyak sekali masalah masalah yang timbul terutama masalah korupsi di Indonesia yang sudah mendarah daging yang sulit diberantas dan merupakan tugas wajib bagi seorang pemimpin untuk menyelesaikannya.

4. Joko Widodo
Analisa kepemimpinan Presiden Joko Widodo Gaya kepemimpinan seorang Joko Widodo memag tergolong unik, sebab Jokowi begitu orang orang menyebutkan memiliki sebuah gaya kepemimpinan yang lain dari pada yang lain dimana semua keputusan keputusan yang diambilnya cenderung nyeleneh namun mengandung sebuah hal yang penting dalam masyarakat. Jokowi hadir begitu cepat sosok yang begitu dinanti nanti pada jaman seperti sekarang ini, dimana banyak masyarakat yang sudah bosan dengan kondisi kepemimpinan sekarang ini setelah sepeninggal presiden Abdurrahman Wachid. Banyak masyarakat yang menginginkan sebuah perubahan dalam hal kepemimpinan bangsa ini, dan Jokowi pun Hadir ditengah tengah kita dengan citra sebuah pemimpin yang sangat peduli dengan kaum kaum kelas bawah dan sangat peduli dengan srakyat kecil, banyak masyarakat Indonesia menggantungkan perubahan Bangsa ini pada sosok Joko Widodo. Hal ini lah yang membuat nama seorang Jokowi yang memulai karirnya menjadi Wali Kota Surakarta menjadi sangat terkenal hingga menjadikannya sebuah pemimpin besar di era ini. Konsep kepemimpinan Jokowi adalah servant : dimana dalam konsep kepemimpinan ini pemimpin adalah menjadi seorang pelayan, dimana yang dimaksud adalah Jokowi secara langsung terjun kedalam kehidupan masyarakat dan mengetahui bagaimana nasib dan keluhan ynag mereka alami saat ini. Dimana disini Jokowi secara tidak langsung mecritrakan bahwa “saya adalah pelayan anda” dengan motto bekerja dan melayani. Konsep ini lah yang dipegang teguh oleh Jokowi sehingga banyak orang mengidolakan Joko Widodo sehingga beliau mampu menjadi pemimpin no. 1 di Negara Indonesia sekarang ini. Jokowi sangat cinta terhadap masyarakat, hal ini terbukti bahwa dia selalu berusaha untuk dekat bahkan menyamakan diri dengan masyarakat.

Daftar Pustaka:
 
https://id.crowdvoice.com/posts/gaya-kepemimpinan-irsoekarno-2ob6

Sabtu, 22 Oktober 2016

Tugas 2 Kelompok : Kekuasaan Dan Kepemimpinan


Nama Kelompok         :
Aggo Satria Pandega               (10514435)
Fakhri Alwan Maulana            (13514899)
M Riyan Alamsyah                 (16514252)
Thimin Jayadi S                     (1A514730)
Kelas                           :           3PA18
Mata Kuliah                  :           Psikologi Manajemen #
Dosen                          :           Natalia Konradus
UNIVERSITAS GUNADARMA
2016
PENDAHULUAN
   Latar Belakang
Sejarah manusia telah mencatat bahwa dari awalnya manusia merupakan makhluk sosial yang hidup secara berkelompok. Dari yang semula nomaden atau berpindah-pindah tempat sebagai perubahan habitat lingkungan hidupnya, sampai pada akhirnya seiring dengan perkembangan jaman manusia pun hidup menetap di suatu wilayah dengan peradabannya yang sedikit demi sedikit mengalami perubahan menuju kearah yang lebih modern.
Namun  bila dicermati, sejak dari jaman yang masih serba primitive sampai dengan era yang serba modern ini, ada satu hal yang tidak berubah dalam karakterkehidupan manusia. Yaitu, mereka selalu membutuhkan seorang pemimpin dalam setiap kelompoknya. Mulai dari kelompok kecil yang berupa keluarga sampai dengan kelompok yang terbesar yaitu Negara.
Di era sekarang,kepemimpinan lebih menitik beratkan kepada nilai-nilai moral, spiritual, dan keteladanan.yang hanya bias dijalankan oleh seorang pemimpin yang sejati, yang melayani, dan rela berkorban untuk kepentingan mereka yang di pimpinnya.
Kepemimpinan dimulai dari dalam hati, dan keluar untuk melayani mereka yang dipimpinnya. Disinilah peran seorang pemimpin sejati yangh memiliki nilai religious, parotis, professional, dan humanis yang akan memimpin dengan baik dan mampu menjadi contoh teladan bagi para pengikutnya.
1.      KEPEMIMPINAN
       A. Pengertian 
Kepemimpinan berasal dari kata pimpin yang mempunyai imbuhan pe-an yang menunjukkan sifat dimiliki oleh pemimpin. Pemimpin berarti, mengarahkan, membina, mengatur, menunjukkan terhadap orang yang dipimpinnya agar terbina dan bersedia mengikutinya dengan rasa tanggung jawab. Kepemimpinan menunjukkan sifat atau gaya seseorang dalam memimpin seseorang atau organisasi.
Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang dalam mempengaruhi dan memotivasi mereka yang dipimpinnya untuk melakukan hal-hal yang diperlukan dalam mencapai tujuan yang di inginkan bersama.
Kepemimpinan adalah seni untuk mempengaruhi atau menggerakkan orang-orang yang dipimpin sedemikian rupa sehingga memperoleh kepatuhan, kepercayaan, rasa hormat, dan loyalitas untuk menyelesaikan tugas yang di amanahkan.
Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mengantisipasi, melihat kedepan, mempertahankan fleksibelitas dan memberdayakan orang lain untuk menciptakan perubahan strategis yang diperlukan.
Seorang pemimpin adalah seseorang yang dengan wewenang kepemimpinannya mengarahkan orang-orang yang dipimpinnya untuk mengerjakan sebagian dari pekerjaannya dalam mencapai tujuan bersama. Dan oleh karenanya seorang pemimpin harus bias memberdayakan dan meningkatkan kualitas orang-orang yang dipimpinnya dengan menumbuhkan dan mengembangkan segala potensi yang mereka miliki supaya mereka mampu menyelesaikan tugas yang didelegasikan kepada mereka.
Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang dapat menerima kepercayaan etnis dan moral dari berbagai agama secara kumulatif, selain itu seorang pemimpin juga harus bias bersikap ing ngarsa sung tulodha yaitu mampu menjadikan dirinya sebagai contoh dan teladan yang baik bagi orang-orang yang dipimpinnya.
      B. Sebab-Sebab Munculnya Kepemimpinan
Sejarah manusia telah mencatatbahwa dari awalnya manusia merupakan makhluk social yang hidup secara berkelompok. Dari yang semula nomaden atau berpindah-pindah tempat sebagai perubahan habitat lingkungan hidupnya, sampai pada akhirnya seiring dengan perkembangan jaman manusia pun hidup menetap di suatu wilayah dengan peradabannya yang sedikit demi sedikit mengalami perubahan menuju kearah yang lebih modern.
Namun  bila dicermati, sejak dari jaman yang masih serba primitive sampai dengan era yang serba modern ini, ada satu hal yang tidak berubah dalam karakterkehidupan manusia. Yaitu, mereka selalu membutuhkan seorang pemimpin dalam setiap kelompoknya. Mulai dari kelompok kecil yang berupa keluarga sampai dengan kelompok yang terbesar yaitu Negara.
Ada tiga teori yang menjelaskan bagaimana munculnya pemimpin:
(kartini kartono,183:29)
1.      Teori geneti
Teori ini menyatakan bahwa pemimpin itu sudah ada bakat sejak lahir dan tidak dapat dibuat. Diat memang sudah ditakdirkan untuk menjadi pemimpin. Teori ini menganut pandangan determin artinya pandangan yang sudah ditentukan sejak dulu.
2.      Teori social
Teori ini menyatakan bahwa pemimpin tidak dilahirkan akn tetapi seorang calon pemimpin dapat disiapkan, dididik, dan dibentuk agar dia menjadi pemimpin melalui pendidikan dan dorongan berbagai pihak.
3.      Teori ekologis atau sintesis
Teori ini menyatakan bahwa seseorang akan sukses menjadi pemimpin apabila dia memang memiliki bakat-bakat pemimpin. Kemudian bakat ini dikembangkan melalui pendidikan, dorongan dan pengalaman yang membentuk pribadi seorang pemimpin.
2.      KEKUASAAN
A.    Pengertian
Kekuasaan adalah kewenangan yang didapatkan oleh seseorang atau kelompok guna menjalankan kewenangan tersebut sesuai dengan kewenangan yang diberikan. Kewenangan tidak boleh dijalankan melebihi kewenangan yang diperoleh atau kemampuan seseorang atau kelompok untuk memengaruhi tingkah laku orang atau kelompok lain sesuai dengan keinginan dari  pelaku (Miriam Budiardjo,2002) atau kekuasaan merupakan kemampuan memengaruhi pihak lain untuk berpikir dan berprilaku sesuai dengan kehendak yang memengaruhi (Ramlan  Surbakti, 1992).      
Kekuasaan (power) dan kepemimpinan tidak bisa dipisahkan karena keduanya memiliki hubungan yang sangat erat. Dengan kekuasaan pemimpin memperoleh alat ukur mempengaruhi perilaku para pengikutnya. Ini berarti bahwa kekuasaan merupakan alat didalam proses kepemimpinan.
Istilah kekuasaan dalam literatur manajemen telah cukup banyak diberikan oleh para pakar, akan tetapi  masih juga terjadi kekaburan tentang pengertiannya. Seringkali kekuasaan dipergunakan silih berganti dengan istilah-istilah lainnya seperti pengaruh  (influence) dan otoritas (authority).
Max Weber (dalam  Thoha, 2007:330) menyatakan bahwa kekuasaan sebagai suatu kemungkinan yang membuat seorang actor di dalam suatu hubungan social berada dalam suatu jabatan untuk melaksanakan keinginannya sendiri dan yang menghilangkan halangan.
Walted Nord merumuskan kekuasaan itu sebagai suatu kemampuan untuk mempengaruhi aliran energy dan dana yang tersedia untuk mencapai suatu tujuan yang berbeda secara jelas dari tujuan lainnya.
Konsepsi kekuasaan yang telah diterima secara luas adalah dikotomi antara “position power” (kekuasaan karena kedudukan) dan “personal power” (kekuasaan pribadi). Menurut konsep tersebut, kekuasaan sebagian diperoleh dari peluang yang melekat pada posisi seseorang dalam organisasi dan sebagian lagi disebabkan oleh atribut-atribut pemimpin tersebut serta dari hubungan pemimpin-pengikut.
Ø  Position power adalah kewenangan formal, control terhadap sumber daya dan imbalan, control terhadap informasi, control ekologis.
Ø  Personal power berasal dari keahlian dalam tugas, persahabatan, kesetiaan, kemampuan persuasif dan karismatik dari seorang pemimpin.
Menurut kartini kartono (1994:140) mengungkapkan bahwa sumber kekuasaan seorang pemimpin dapat berasal dari:
·         Kemampuannya untuk mempengaruhi orang lain.
·         Sifat dan sikapnya yang unggul, sehingga mempunyai kewibawaan terhadap pengikutnya.
·         Memiliki informasi, pengetahuan, dan pengalaman yang luas.
·         Memiliki kemahiran human relation yang baik, kepandaian bergaul dan berkomunikasi.
Kekuasaan merupakan kondisi dinamis yang dapat berubah sesuaiperubahan kondisi dan tindakan-tindakan individu atau kelompok. Ada dua teori yang dapat menjelaskan bagaimana kekuasaan diperoleh, dipertahankan atau hilang dalam organisasi. Teori tersebut adalah :
Ø  Social exchange theory, menjelaskan bagaimana kekuasaan diperoleh dan hilang selagi proses mempengaruhi timbale balik terjadi selama beberapa waktu antara pemimpin dan pengikut. Focus dari teori ini mengenai expert power dan kewenangan.
Ø  Strategic contingencies theory, menjelaskan bahwa kwkuasaan dari suatu subunit organisasi tergantung pada factor keahlian dalam menangani masalh penting, sentralisasi unit kerja dalam ar5us kerja dan tingkat keahlian dari subunit tersebut.   
B.    Membandingkan Kepemimpinan dan Kekuasaan
Kedua konsep ini saling bertautan. Para pemimpin menggunakan kekuasaannya untuk mewujudkan tujuan kelompok dan mencapai tujuan tersebut dengan menggunakan kekuasaan sebagai srana untuk memudahkan usaha mereka tersebut. Salah satu perbedaan antara kedua istilah itu terkait dengan kesesuaian tujuan. Kekuasaan tidak mensyaratkan kesesuaian tujuan, tetapi hanya ketergantungan. Sebaiknya, kepemimpinan mensyaratkan keserasian antara tujuan pemimpin dan mereka yang dipimpin . perbedaan yang kedua berkaitan dengan  arah pengaruh. Kepemimpinan berfokus pada pengaruh kebawah arah pengikut. Kepemimpinan meminimalkan pola-pola pengaruh kesamping dank e atas. Sedangkan kekuasaan tidak demikian. Perbedaan lainnya terkait dengan penekanan penelitian. Penelitian mengenai kepemimpinan, sebagian besar menekan gaya. Penelitian tersebut mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan seperti : seberapa suportif semestinya seorang pemimpin “ sampai tingkat mana proses pengambilan keputusan  harus dilakukan bersama dengan para pengikutnya” sebaiknya, penelitian mengenai kekuasaan cenderung mencakup bidang yang lebih luas dan berfokus pada taktik-taktik untuk memperoleh kepatuhan dari anak buah.
C.     Sumber-Sumber Kekuasaan
Kekuasaan berdasarkan kedudukan memiliki pengaruh potensial yang berasal dari kewenangan yang sah karena kedudukannya dalam organisasi terdiri dari: kewnangan formal dan kekuasaan pribadi.
-        Kewenangan formal, yaitu kewenangan yang mengacu pada hak prerogative, kewajiban dan tanggung jawab seseorang berkaitan dengan kedudukannya dalam organisasi atau system social.
-        Kekuasaan pribadi menjelaskan bahwa kelompok sumber berdasarkan kedudukan akan berlimpah pada orang-orang yang seraca hirarki mempunyai kedudukan dalam organisasi. Pengaruh potensial yang melekat pada keunggulan individu terdiri dari: kekuasaan ,keahlian (expert power), kekuasaan kesetiaan (referent power), dan kekuasaan karisma.
Dalam menjalankan kepemimpinan seorang pemimpin harus memiliki kekuasaan (power). Bentuk kekuasaan bermcam-macam meurut Tosi, Rizzo, dan Carrol (1990), bahwa ada lima bentuk dari kekuasaan yang dimilikin seseorang yakni:
1.        Kekuasan Imbalan (Reward Power)
Adalah kekuasan yang didasarkan kemampuan seseorang menyediakan keu ntungan bagi sesuatu atau orang lain. Kekuasaan mengalir dari individu yang mampu menyediakan reward yang dibutuhkan orang lain. Kemampuan ini memungkinkan pemilik kekuasaan mengendalikan perilaku orang lain dan mencapai hasil yang diharapkan sejauh adanya kebutuhan orang lain tersebut akan reward yang disediakan olehnya.
2.      Kekuasaan paksaan (coercive power)
Adalah kekuasaan yang didasarkan atas kemampuan sesorang menyediakan dampak hukuman pada target akibat ketidakpatuhannya. Kekuasaan ini terletak pada kemampuan seseorang untuk memerintahkan kepatuhan lewat cara fisik. Seperti reward, kekuasaan jenis ini memungkinkan pemimpin mempengaruhi perilaku orang lain akibat kemampuannya menerapkan hasil yang tidak di inginkan. Ketidak patuhan atas orang yang punya jenis kekuasaan koersif menghasilkan penerapan hukuman dalam bentuk menahan reward yang diinginkan. Ini merupakan situasi kekuasaan koersif, kekuasaan yang mengikuti model militer.
3.       Kekuasaan Ahli (expert power)
Adalah kekuasaan yang didasarkan kemampuan dan pengetahuan khusus yang dimiliki seseorang dimna target atau oranglain kerap menggunakan atauy bergantung kepadanya. Orang selalu menghargai kompetensi, dan sebab itu expert power merupakan sumber kekuasaan yang penting untuk diterapkan. Kekuasaan mengalir dari orang yang punya skill, pengetahuan, dan kemampuan yang dibutuhkan dan dihargai oleh orang lain. Jika orang merenggek agar seorang pekerja mau menggunakan skill yang ia miliki untuk membantu mereka, maka pekerja tersebut punya kekuasaan.
4.      Kekuasaan Legitimasi (legitimate power)
Adalah kekuasaan yang didasarkan atas perasaan orang lain bahwa pelaku kekuasaan punya otoritas dan hak untuk mempengaruhi tindakan mereka. Perasaan ini merupakan hasil yang diterima dari organisasi formal atau warisan historis. Kekuasaan hadir pada mereka yang ditunjuk oleh organisasi untuk member perintah. Delegasi otoritas melegitimasikan hak seseorang memaksakan kepatuhan pada mereka yang menyatakan wajib untuk mentaati sumber kekuasaan (organisasi).
5.       Kekuasaan Referen (Referent Power)
Adalah kekuasaan yang bersumber dari sifat seseorang karena ia memiliki daya tarik tertentu. Seorang pemimpin akan mempunyai referensi terhadap para bawahannya yang mampu melaksanakan pekerjaan dan bertanggung jawab atas pekerjaan yang diberikan.
Bahwa kekuasaan hamper selalu berkaitan dengan praktik-praktik seperti pengguanaan rangsangan (insentif) atau paksaan (coercion) guna mengamankan tindakan manuju tujuan yang telah ditetapkan. Seharusnya orang-orang yang berada di pucuk pimpinan, mengupayakan untuk sedikitmenggunakan insentif dan koersif. Sebab secara alamiah cara yang paling efisien dan ekonomis supaya bawahan secara sukarela dan patuh untuk melaksanakan pekerjaan adalah dengan cara mempersuasi mereka. Cara-cara koersif dan insentif ini selalu lebih mahal,dibandingkan jika karyawan secara spontan termotivasi untuk mencapai tujuan organisasi yang mereka pahami berasal dari definisi tradisional kekuasaan difokuskan pada kemampuan perorangan untuk menentukan atau membatasi hasil-hasil.
PENUTUP
Kesimpulan
Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mengantisipasi, melihat kedepan, mempertahankan fleksibelitas dan memberdayakan orang lain untuk menciptakan perubahan strategis yang diperlukan.
Kekuasaan adalah kewenangan yang didapatkan oleh seseorang atau kelompok guna menjalankan kewenangan tersebut sesuai dengan kewenangan yang diberikan. Kewenangan tidak boleh dijalankan melebihi kewenangan yang diperoleh atau kemampuan seseorang atau kelompok untuk memengaruhi tingkah laku orang atau kelompok lain sesuai dengan keinginan dari  pelaku (Miriam Budiardjo,2002) atau kekuasaan merupakan kemampuan memengaruhi pihak lain untuk berpikir dan berprilaku sesuai dengan kehendak yang memengaruhi (Ramlan  Surbakti, 1992).
   Saran
Adapun saran yang kami berikan, melalui pembahasan kepemimpinan dan kekuasaan ini,diharapkan mahasiswa dapat memahami arti kepemimpinan dan kekuasaan, selain itu mahasiswa juga dapat menerapkan sikap sebgai pemimpin yang hebat pada kehidupan pribadi maupun dalam sebuah organisasi.
DAFTAR PUSTAKA
Kartono, kartini. 2003. pemimpinan dan kepemimpinan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Wheatley, Margaret J. 2002. Kepemimpinan Dalam Dunia Baru. Jakarta: Abdi tandur
Alma, Buchari. 2013. Keriwausahaan untuk mahasiswa dan umum. Bandung: Alfabeta
John C, Maxwellm.2011. The 5 Levels Leadership.Surabaya: Mic Publising

Senin, 03 Oktober 2016

Psikologi Manajemen



Nama kelompok :
Aggo Satria Pandega (10514435)
Fakhri Alwan Maulana (13514899)
M Riyan Alamsyah (16514252)
Thimin Jayadi (1A514730)

Psikologi Manajemen


Definisi Psikologi Manajemen

Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Stoner).
Pengertian psikologi manajemen?
Psikologi manajemen adalah ilmu tentang bagaimana mengatur / me-manage sumber daya yang ada untuk memenuhi kebutuhan.
Kaitannya dengan psikologi:
Dengan ditemukan dan dikembangkannya ilmu psikologi, diketahui bahwa unsur SDM ternyata merupakan yang terpenting dari ketiga modal kerja perusahaan manapun.
Pasalnya, ilmu psikologi yg memang berpusat pada manusia, mampu mengintervensi berbagai faktor internal manusia seperti motivasi, sikap kerja, keterampilan, dsb dengan berbagai macam teknik dan metode, sehingga bisa dicapai kinerja SDM yang setinggi-tingginya untuk produktivitas perusahaan.

Pengertian Manejemen

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Manajemen adalah orang yg mengatur pekerjaan atau kerja sama di antara berbagai kelompok atau sejumlah orang untuk mencapai sasaran atau orang yg berwenang dan bertanggung jawab membuat rencana, mengatur, memimpin, dan mengendalikan pelaksanaannya untuk mencapai sasaran tertentu.
           kata Manajemen berasal dari bahasa Prancis kuno ménagement, yang artinya seni melaksanakan dan mengatur. Menurut Mary Parker Follet,  manajemen sebagai seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Definisi ini berarti bahwa seorang manajer bertugas mengatur dan mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan organisasi. Definisi tentang manajemen menurut ahli, diantaranya:
  • Prof. Eiji Ogawa Manajemen adalah Perencanaan, Pengimplementasian dan Pengendalian kegiatan-kegiatan termasuk system pembuatan barang yang dilakukan oleh organisasi usaha dengan terlebih dahulu telah menetapkan sasaran-sasaran untuk kerja yang dapat disempurnakan sesuai dengan kondisi lingkungan yang berubah.

·         Mary Parker Follet Berpendapat bahwa manajemen adalah seni dalam menyelesaikan  pekerjaan melalui orang lain.

·         James A.F. Stoner Berpendapat manajemen dapat diartikan sebagai proses perencanaan,  pengorganisasian, kepimpinan, dan pengawasan upaya (usaha-usaha) anggota organisasi dan menggunakan semua sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan yang ditetapkan

·         William H. Newman Manajemen adalah fungsi yang berhubungan dengan memperoleh hasil tertentu melalui orang lain.
  • Harold Koontz Dalam bukunya yang berjudul“The Management Theory Jungle” menganggap  pengertian manajemen adalah seni menyelesaikan suatu pekerjaan melalui dan dengan  beberapa orang yang tergabung dalam suatu kelompok formal yang terorganisir. Harold Koontz & O’Dannel dalam buku yang berjudul“Principles of Management” mengemukan, “Manajemen adalah berhubungan dengan percapaian sesuatu tujuan yang dilakukan melalui dan dengan orang-orang lain”.
  • George R. Terry Dalam buku yang berjudul“Principles of Management” memberikan definisi:“Manajemen adalah suatu proses yang membedakan atas perencanaan,  pengorganisasian, penggerakkan, pelaksanaan dan pengawasan, dengan memanfaatkan  baik ilmu maupun seni, agar dapat menyelesaikan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya”. Manajemen adalah pencapaian tujuan yang ditetapkan terlebih dahulu dengan mempergunakan kegiatan orang lain (1994).
  • H.B. Siswanto Berpendapat bahwa manajemen adalah seni dan ilmu dalam perencanaan,  pengorganisasian, pemotivasian, dan pengendalian terhadap orang dan mekanisme kerja untuk mencapai tujuan.
  • Ricky W. Griffin Manajemen sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan  pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran (goals) secara efektif dan efesien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaan, sementara efisien  berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar, terorganisir, dan sesuai dengan  jadwal.
  • Drs. Oey Liang Lee Manajemen adalah seni dan ilmu perencanaan pengorganisasian, penyusunan, pengarahan dan pengawasan daripada sumberdaya manusia untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
  • Renville Siagian Manajemen adalah suatu bidang usaha yang bergarak dalam bidang jasa pelayanan dan dikelola oleh para tenaga ahli terlatih serta berpengalaman.

Jenis- Jenis Manajemen
1.      Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM).
Kegiatan manajemen berdasarkan fungsinya untuk memperoleh SDM yang terbaik bagi bisnis yang kita jalankan dan bagiamana SDM yang terbaik tersebut dapat di pelihara dan tetap bekerja bersama kita dengan kualitas pekerjaan yang senantiasa konstan ataupun bertambah.
2.      Manajemen Operasional
Kegiatan manajemen berdasarkan fungsinya untuk menghasilkan produk yang sesuai dengan standar yang ditetapkan berdasarkan keinginan konsumen dengan teknik produksi yang seefesien mungkin, dari mulai pilihan lokasi produksi hingga produksi akhir yang dihasilkan dalam proses produksi.
3.      Manajemen Pemasaran
Kegiatan manajemen berdasarkan fungsinya yang pada intinya berusaha untuk mengidentifikasi apa sesungguhnya yang dibutuhkan oleh konsumen dan bagaimana cara pemenuhannya dapat diwujudkan.
4.      Manajemen.  Keuangan
Kegiatan manajemen berdasarkan fungsinya yang pada intinya berusaha untuk memastikan bahwa kegiatan bisnis yang dilakukan mampu mencapai tujuannya secara ekonomis yaitu diukur berdasarkan profit. Tugas manajemen keuangan diantaranya merencanakan dari mana pembiayaan bisnis diperoleh dan dengan cara bagaimana modal yang telah diperoleh dialokasikan secara tepat dalam kegiatan bisnis yang dijalankan. 
Tujuan Psikologi Manajemen
Ilmu psikologi berpusat pada manusia, dan mampu mengintervensi berbagai faktor internal manusia seperti motivasi, sikap kerja, keterampilan, dsb dengan berbagai macam teknik dan metode, sehingga bisa dicapai kinerja SDM yang setinggi-tingginya untuk produktivitas perusahaan.
Dengan adanya psikologi manajemen, kinerja SDM akan terkontrol dengan baik dan tingkat produktivitas meningkat

Organisasi

Definisi Organisasi

Organisasi dapat diartikan sebagai suatu alat atau wadah kerjasama untuk mencapai tujuan bersama dengan pola tertentu ,yang perwujudannya memiliki kekayaan baik fisik maupun non fisik.

Menurut Rosenzweig,organisasi dapat dipandang sebagai : (1) Sistem sosial,yaitu orang-orang dalam kelompok,(2) integrasi atau kesatuan dari aktivitas-aktivitas orang-orang yang bekerja sama dan (3) orang-orang yang berorientasi dan berpedoman pada tujuan bersama.Sedangkan Allen, berpendapat bahwa organisasi adalah suatu proses identifikasi dan pembentukan serta pengelompokan kerja , mendefinisikan dan mendelegasikan wewenang dan tanggung jawab dan menetapkan hubungan-hubungan dengan maksud untuk memungkinkan orang-orang bekerja sama secara efektif dalam menuju tujuan yang ditetapkan.

Karakteristik Organisasi (Nicholas Henry, 1988 : 73):
  1. Punya maksud tertentu, dan merupakan kumpulan berbagai manusia
  2. Punya hubungan sekunder (impersonal)
  3. Punya tujuan yang khusus dan terbatas
  4. Punya kegiatan kerjasama pendukung
  5. Terintegrasi dalam sistem sosial yang lebih luas
  6. Menghasilkan barang dan jasa untuk lingkungannya dan sangat terpengaruh atas setiap perubahan lingkungan.
Dimensi Desain Organisasi

Menurut Richard L. Daft (1998:15), dimensi desain organisasi terdiri dari 2 tipe yaitu:

1. Dimensi Struktural, yaitu dimensi yang menggambarkan karakteristik internal dari organisasi dan menciptakan suatu dasar untuk mengukur dan membandingkan organisasi.
2. Dimensi Kontekstual, yaitu dimensi yang menggambarkan keseluruhan dari suatu organisasi. Dimensi ini memperlihatkan susunan organisasi yang mempengaruhi dan membentuk suatu dimensi struktural organisasi

Bentuk Desain Organisasi

Bentuk dari desain organisasi ini ditentukan oleh tingkat formalisasi yang dilakukan, tingkat sentralisasi dalan organisasi, kualifikasi karyawan, span of control yang ada serta komunikasi dan koordinasi yang ada dalam organisasi (Robbins,2003:136). Bentuk desain organisasi terdiri dari:

a. Organic pada organisasi yang berbentuk organic, maka dalam organisasi ini terdapat tingkat formalisasi yang rendah, terdapat tingkat sentralisasi yang rendah, serta diperlukan training dan pengalaman untuk melakukan tugas pekerjaan. Selain itu terdapat span of control yang sempit serta adanya komunikasi horisontal dalam organisasi.

b. Mostly Organic Pada organisasi yang berbentuk mostly organic, formalisasi dan sentralisasi yang diterapkan berada di tingkat moderat. Selain itu diperlukan pengalaman kerja yang banyak dalam organisasi ini. Terdapat span of control yang bersifat antara moderat sampai lebar serta lebih banyak komunikasi horisontal yang bersifat verbal dalam organisasi tersebut.

c. Mechanistic pada organisasi yang berbentuk mechanistic, terdapat ciri-ciri yaitu: adanya tingkat formalisasi yang tinggi, tingkat sentralisasi yang tinggi, training atau pengalaman kerja yang sedikit atau tidak terlalu penting, ada span of control yang lebar serta adanya komunikasi yang bersifat vertikal dan tertulis.

d. Mostly Mechanistic pada jenis organisasi ini, terdapat ciri-ciri yaitu: adanya formalisasi dan sentralisasi pada tingkat moderat, adanya training-training yang bersifat formal atau wajib, span of control yang bersifat moderat serta terjadi komunikasi tertulis maupun verbal dalam organisasi tersebut

Definisi Komunikasi

Komunikasi mengandung makna bersama-sama (common). Istilah komunikasi atau communication berasal dari bahasa Latin., yaitu communication yang berarti pemberitahuan atau pertukaran. Kata sifatnya communis, yang bermakna umum atau bersama-sama. Jadi secara garis besar , dalam suatu proses komunikasi haruslah terdapat unsure-unsur kesamaan makna agar terjadi suatu pertukaran pikiran dan pngertian antara komunikator (penyebar pesan) dan komunikan (penerima pesan).
Proses komunikasi dapat diartikan sebagai ‘transfer informasi’ atau pesan (message) dari pengiriman pesan sebagai komunikator dan kepada penerima sebagai komunikan. Dalam proses komunikasi tersebut bertujuan untuk mencapai saling pengertian (mutual understanding) antara kedua pihak yang terlibat dalam proses komunikasi. Dalam proses komunikasi, komunikator mengirimkan pesan atau informasi pada komunikan sebagai sasaran komunikasi.
Wilbur Schrarmm menyatakan komunikasi sebagai suatu proses berbagi (sharing process), Schrarmm menguraikannya demikian :” komunikasi berasal dari bahasa latin communis yang berarti umum (common) atau bersama. Apabila kita berkomunikasi, sebenarnya kita sedang berusaha menumbuhkan suatu kebersamaan (commonness) dengan seseorang, yaitu kita berusaha berbagi informasi, ide atau sikap. Misalnya , saya sedang berusaha berkomunikasi dengan para pembaca untuk menyampaikan ide bahwa hakikat sebuah komunikasi sebenarnya adalah usaha membuat penerima atau pemberi komunikasi memiliki pengertian atau pemahaman yang sama terhadap pesan tertentu.
“Dari uraian Schrarmm , dapat disimpulkan bahwa sebuah komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang berhasil melahirkan kebersamaan (commonness) , kesepahaman antara sumber (source) dengan penerima (audience  - receiver) . sebuah komunikasi akan efektif apabila audience menerima pesan, pengertian dan lain-lain sama seperti yang dikehendaki oleh penyampai.



MENURUT PARA TOKOH :
  • Sarah Trebholm dan Arthur Jensen (1996 : 4) mendefinisikan komunikasi demikian: “A process by which a source transmits a message to a reciever through some channel.” (Komunikasi adalah suatu proses dimana sumber mentransmisikan pesan kepada penerima melalui beragaman saluran.)

  • Hoveland ( 1948:371)11 mendefinisikan komunikasi, demikian:” The process by which an individual ( the communicator ) transmits stimuli (usually verbal symbols ) to modify, the behavior of other individu”.(Komunikasi adalah proses di mana individu mentransmisikan stimulus untuk mengubah perilaku individu yang lain.)

  • Gode ( 1969: 5) memberikan pengertian mengenai komunikasi, sebagai berikut: “It is a process that makes common to or several what was the monopoly of one or some.” (Komunikasi adalah suatu proses yang membuat kebersamaan bagi dua atau lebih yang semula monopoli oleh satu atau beberapa orang.)

  • Raymond S. Ross (1983:8) mendefinisikan komunikasi sebagai suatu proses menyortir, memilih dan mengirimkan symbol-simbol sedemikian rupa, sehingga membantu pendengar membangkitkan makna atau respons dari pikirannya yang serupa dengan yang dimaksudkan oleh sang komunikator.

  • Komunikasi merupakan proses pengalihan suatu maksud dari sumber kepada penerima, proses tersebut merupakan suatu seri aktivitas , rangkaian atau taha-tahap yang memudahkan peralihan maksud tersebut (A.Winnet).

  • Komunikasi merupakan interaksi antar pribadi yang menggunakan sistem simbol linguistik, seperti sistem simbol verbal (kata-kata) dan non-verbal. Sistem ini dapat di sosialisasikan secara langsung atau tatap muka atau melalui media lain (Tulisan, Oral dan Visual ) (Karlfriet Knapp).
 Dimeni-dimensi Komunikasi

Terdapat 4 dimensi didalam komunikasi,yaitu :

1. Isi   
Ani biasanya berbicara kepada Bimo tentang sesuatu. Proses itu mempunyai suatu isi. Apabila kita bersuara di dalam suatu percakapan, biasanya isinya pertama-tama adalah diri kita. Memang, isi dari komunikasi adalah merupakan hal yang dipikirkan oleh para ahli psikologi dan ahli bisnis ketika mereka memikirkan tentang hubungan antar manusia. Kita juga dapat melihat adanya pembagian golongan dalam hal isi. Kita dapat membeda-bedakan kategori dari jenis isi, misalnya apakah hal itu merupakan fakta atau merupakan perasaan.

2.  Suara
Kita dapat menjumpai suara saluran seperti gangguan udara pada kawat telepon yang menyebabkan Bimo sukar untuk mendengar apa yang dikatakan oleh Ani. kita juga perlu memikirkan tentang adanya suara-suara psikologis, seperti misalnya pikiran Bimo tentang hal-hal lain, sehingga sekali lagi adalah sukar bagi Bimo untuk mendengarkannya: ia tidak memahami kata-kata yang dipergunakan oleh Ani di dalam cara sebagaimana Ani memahaminya.

3.  Jaringan Komunikasi
Biasanya kita berpikir bahwa percakapan antara Ani dengan Bimo adalah langsung. Tetapi banyak percakapan semacam itu, terutama di dalam organisasi, ditengahi oleh orang lain. Suatu hal yang dianggap harus dinyatakan oleh bagan organisasi kepada kita ialah bahwa Ani dapat berbicara dengan Bimo hanya dengan melalui Cika atau Deni. Sebagaimana satu bab berikut akan memperlihatkan, bahwa struktur jaringan yang dipergunakan oleh suatu organisasi dapat sangat bermanfaat bagi kecepatan dan ketepatan komunikasi antar anggotanya satu sama lain.

4.  Arah Komunikasi

Arah Komunikasi dibagi menjadi dua, yaitu satu arah dan dua arah. Lagi-lagi ini adalah merupakan dimensi yang bebas. Apapun yang mungkin dikatakan oleh Ani dan Bimo, sejauh manapun gangguan suara ikut terlibat, bagaimanapun jaringannya, Ani  mungkin berbicara dengan Bimo cara ini: Ani =>Bimo; atau cara ini: Ani=><=Bimo. Ani dapat berbicara dan Bimo hanya dapat mendengarkan, yaitu komunikasi satu arah; atau Ani dapat berbicara dan Bimo dapat membalas berbicara kembali, yaitu komuniksai dua arah.
Definisi Pengaruh

Pengaruh sebagai esensi pengaruh sosial adalah usaha yang dilakukan seseorang atau lebih untuk mengubah sikap, belief, persepsi atau tingkah laku dari orang lain.

Kunci – kunci perubahan perilaku                                                          

Seperti yang baru saja kami sebutkan, individu dapat dan sering kali melawan tekanan  kelompok. Pembelot yang sendirian atau kaum minoritas kecil dapat bersikeras dengan pendapat mereka dan menolak untuk ikut serta. Namun masih ada lanjutan dari cerita ini, sebagai tambahan, ada berbagai contoh di mana orang-orang semacam itu minoritas dalam kelompoknya dapat membalas pihak mayoritas  dan bahkan menggunakan, bukan hanya menerima pengaruh sosial. Sejarah memberikan banyak contoh kejadian-kejadian  semacam ini. Raksasa ilmu pengetahuan seperti Galileo, Pasteur dan Freud bisa dikatakan menghadapi mayoritas bulat yang ada pada awalnya menolak pandangan mereka. Akan tetapi dengan perjalanan waktu, orang-orang terkenal bisa mengatasi penolakan semacam itu dan mendapatkan penerimaan yang luas atas teori mereka. Contoh yang paling mutakhir mengenai minoritas yang mempengaruhi mayoritas ditunjukkan oleh kesuksesan kaum environmentalis. Pada awalnya, orang-orang tersebut dipandang sebagai kaum radikal liar dengan ide-ide yang aneh. Namun secara berangsur-angsur mereka berhasil mengubah sikap mayoritas, sehingga kini banyak dari pandangan-pandangan mereaka yang diterima secara luas.
Namun kapankah tepatnya minoritas berhasil mempengaruhi mayoritas? Hasil penelitian menunjukkan bahwa mereka paling mungkin melakukan hal itu pada kondisi tertentu (Monscovici,1985). Pertama, anggota kelompok tersebut harus konsisten dalam menentang opini mayoritas. Jika mereka guncang atau nampak tercerai-berai, pengaruh mereka berkurang. Kedua, anggota kelompok minoritas harus menghindari tampilan yang kaku dan dogmatis (Mugny,1975). Minoritas yang hanya mengulang posisi yang sama secara terus menerus akan lebih baik tidak persuasif daripada yang menunjukkan suatu fleksibilitas. Ketiga, keseluruhan konteks sosial di mana kaum minoritas beroperasi adalah penting. Jika suatu minoritas mendukung posisi yang konsisten dengan kecenderungan sosial yang sedang berlangsung (misalnya, pandangan konservatif pada saat tumbuhnya konservatisme), kemungkinannya untuk mempengaruhi mayoritas lebih besar daripada ketika minoritas mendukung posisi yang keluar dari jalur tren yang luas.
            Tentu saja, bahkan ketika kondisi-kondisi ini terpengaruh, kaum minoritas menghadapi pertarungan yang keras dan sulit. Karena kekuatan mayoritas sangatlah besar, terutama pada situasi sosial yang kompleks dan ambigu, di mana kelompok mayoritas di pandang sebagai sumber informasi yang lebih terpercaya mengenai apa yang benar dibandingkan dengan minoritas. Akan tetapi, dengan demikian ancaman yang diberikan oleh mayoritas terhadap minoritas sebenarnya dapat menjadi bantuan bagi minoritas. Penemuan terkini mengindikasikan bahwa karena mereka merasakan kepedulian yang lebih besar mengenai menjadi benar (misalnya, memiliki pandangan yang benar), minoritas cenderung memiliki perkiraan yang terlalu besar atas jumlah orang memiliki pandangan yang sama. Dengan kata lain, mereka mempersepsikan adanya dukungan yang lebih besar terhadap posisi mereka daripada yang sebenarnya ada (Kenworthy & Miller, 2001). Hal ini dapat menjadi pendorong dan berfungsi untuk menguatkan keyakinan minoritas agar bertahan pada kemungkinan yang meragukan.




Model mempengaruhi perilaku

Jika minoritas bertahan, pada akhirnya mereka bisa saja menang dan menemukan bahwa pandangan mereka kini menjadi mayoritas; hal inilah yang tepatnya dialami oleh gerakan environmentalis, seperti yang ditulis diatas. Akan tetapi apa yang terjadi terhadap minoritas ketika mereka menjadi mayoritas? Dan apa yang terjadi pada mayoritas ketika mereka jatuh dari posisi tersebut? Prisilin, Limbert dan Bauer (2000) telah meneliti pertanyaan-pertanyaan tersebut dan memperoleh beberapa hasil yang mengejutkan. Berdasarkan penelitian yang lebih awal, mereka memprediksi bahwa kehilangan yang dialami oleh kelompok mayoritas yang minoritas akan lebih besar daripada yang dialami oleh minoritas yang menjadi mayoritas (model asimetris). Untuk menguji hipotesis ini, mereka meminta beberapa kelompok yang terdiri dari empat orang untuk mendiskusikan pandangan mereka mengenai perlindungan lingkungan. Tanpa di ketahui oleh partisipan, tiga orang pada setiap kelompok asisten peneliti dan dua dari mereka bisa saja setuju dengan partisipan pada sebagian besar isu (sehingga menempatkan orang tersebut sebagai mayoritas) atau tidak setuju dengan partisipan (sehingga menempatkan  orang tersebut sebagai minoritas). Dengan berjalannya diskusi,baik ketiga asisten mempertahankan posisi mereka (kondisi tidak berubah) atau salah satu dari mereka berubah (menjadi setuju dengan partisipan jika pada awalnya asisten tersebut tidak setuju atau menjadi tidak setuju jika pada awalnya  asisten tersebut setuju; kondisi ini adalah kondisi perubahan parsial). Akhirnya pada kondisi ketiga (kondisi perubahan total), dua orang asisten mengubah pandangan mereka.

Menjelaskan Berbagai Model Mempengaruhi Orang lain & Perannya dalam Psikologi Manajemen
Model-model dalam Mempengaruhi Perilaku Orang Lain dan Peranannya dalam Psikologi Manajemen
Cara mempengaruhi orang lain dengan dasar Pendekatan Komunikasi Persuasi dikemukakan oleh Aristotle yang menyatakan terdapat 3 pendekatan dasar dalam komunikasi yang mampu mempengaruhi orang lain, yaitu;

1.   Logical argument (logos), yaitu penyampaian ajakan menggunakan argumentasi data-data yang ditemukan. Hal ini telah disinggung dalam komponen data.
2.   Psychological/ emotional argument (pathos), yaitu penyampaian ajakan menggunakan efek emosi positif maupun negatif.
3.   Argument based on credibility (ethos), yaitu ajakan atau arahan yang dituruti oleh komunikate/ audience karena komunikator mempunyai kredibilitas sebagai pakar dalam bidangnya. Contoh, kita menuruti nasehat medis dari dokter, kita mematuhi ajakan dari seorang pemuka agama, kita menelan mentah-mentah begitu saja kuliah dari dosen. Hal ini semata-mata karena kita mempercayai kepakaran seseorang dalam bidangnya.

Menurut Burgon & Huffner (2002), terdapat beberapa pendekatan yang dapat dilakukan agar komunikasi persuasi menjadi lebih efektif. Maksudnya lebih efektif yaitu agar lebih berkesan dalam mempengaruhi orang lain. Beberapa pendekatan itu antaranya;

1.   Pendekatan berdasarkan bukti, yaitu mengungkapkan data atau fakta yang terjadi sebaga bukti argumentatif agar berkesan lebih kuat terhadap ajakan.

2.   Pendekatan berdasarkan ketakutan, yaitu menggunakan fenomena yang menakutkan bagi audience atau komunikate dengan tujuan mengajak mereka menuruti pesan yang diberikan komunikator. Misalnya, bila terjadi kejadian luar biasa (KLB) demam berdarah maka pemerintah dengan pendekatan ketakutan dapat mempersuasi masyarakat untuk mencegah DBD.

3.   Pendekatan berdasarkan humor, yaitu menggunakan humor atau fantasi yang bersifat lucu dengan tujuan memudahkan masyarakat mengingat pesan karena mempunyai efek emosi yang positif. Contoh, iklan-iklan yang menggunakan bintang comedian atau menggunakan humor yang melekat di hati masyarakat.

4.   Pendekatan berdasarkan diksi, yaitu menggunakan pilihan kata yang mudah diingat (memorable) oleh audience/ komunikate dengan tujuan membuat efek emosi positif atau negative. Misalnya, iklan rokok dengan diksi “nggak ada loe nggak rame…”.
Namun keempat pendekatan tersebut dapat dikombinasikan sesuai dengan tujuan persuasi dari komunikator.

 Wewenang
Wewenang merupakan kemampuan yang diterima untuk mengambil keputusan dan untuk mendelegasikan suatu tundakan (atau tidak).
Wewenang (authority) adalah hak untuk melakukan sesuatu atau memerintah orang lain untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu agar tercapai tujuan tertentu.Penggunaan wewenang secara bijaksana merupakan faktor kritis bagi efektevitas organisasi. peranan pokok wewenang dalam fungsi pengorganisasian, wewenang dan kekuasaan sebagai metoda formal, dimana manajer menggunakannya untuk mencapai tujuan individu maupun organisasi.Wewenang formal tersebut harus di dukung juga dengan dasar-dasar kekuasaan dan pengaruh informal. Manajer perlu menggunakan lebih dari wewenang resminya untuk mendapatkan kerjasama dengan bawahan mereka, selain juga tergantung pada kemampuan ilmu pengetahuan, pengalaman dan kepemimpinan mereka.

1.     Wewenang lini
Wewenang lini adalah wewenang dimana atasan melakukannya atas bawahannya langsung. Yaitu atasan langsung memberi wewenang kepada bawahannya, wujudnya dalam wewenang perintah dan tercermin sebagai rantai perintah yang diturunkan ke bawahan melalui tingkatan organisasi.
2.     Wewenang staff
Wewenang staff adalah hak yang dipunyai oleh satuan-satuan staf atau para spesialis untuk menyarankan, memberi rekomendasi, atau konsultasi kepada personalia ini. Kualifikasi yang harus dipenuhi oleh orang yang duduk sebagai taf yaitu dengan menganalisa melalui metode kuisioner, metode observasi, metode wawancara atau dengan menggabungkan ketiganya.


Daftar Pustaka :
  • Wiryanto. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta  :PT.Gramedia Widiarsana Indonesia.
  • Zarkasi, Muslichah. 1978. Psikologi Manajemen. Jakarta: Erlangga
  • Supratiknya, A. (1995). Komunikasi Antar Pribadi, Tinjauan Psikologis.
  • Ismainar, Hetty. (2015). Manajemen Unit Kerja.  Yogyakarta : Deepublish
  • Nawangsari, Sri. 1997. Komunikasi Bisnis. Jakarta: Gunadarma
·         Naja,Hasanuddin Rahman Daeng.2004.Manajemen Fit and Proper Test.Yogyakarta:Pustaka Widyatama 
·         Munandar, Ashar Sunyoto. (2001). Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press)
·         Abdul Mukhyi, M dan Saputru, I. (1995). Pengantar Manajemen Umum. Jakarta: Gunadarma
·         Robbin, S dan Coulter, M. (2004). Manajemen Jilid 1. Jakarta: INDEKS
·         Robbin, S dan Coulter, M. (2004). Manajemen Jilid 2. Jakarta: INDEKS
·         Munandar,A.S.Psikologi industri dan organisasi.Penerbit UIP
·         Wijono,Sutarto.(2010).Psikologi industri dan organisasi.Jakarta:Penerbit Kencana
·         Sunyoto Munandar, Ashar.(2001).Psikologi Industri dan Organisasi.Jakarta: Universitas Indonesia.
·         Sihotang. A. Drs. M.B.A. (2006).Menejemen Sumber Daya Manusia .Jakarta : PT Pradnya Paramita.
·         Leavitt, J.H., 1992.Psikologi Manajemen. Alih Bahasa Zarkasi, M., Jakarta: PenerbitErlangga
·         Zarkasi, Muslichah. 1978. Psikologi Manajemen. Jakarta: Erlangga
·         Merry,Meria.eJurnal. Taktikdancaramempengaruhioranglaindalamorganisasi.2011.diunduh pada 11 oktober 09:00
·         Budiardjo,Miriam.2008. Dasar dasar ilmu politik. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta
·         Munandar,A.S.2001.Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta Penerbit  Universitas Indonesia