Rabu, 22 Maret 2017

contoh kasusu tentang PERSON CENTERED THERAPY (ROGERS)



Contoh kasus

Ada seorang mahasiswi mengira bahwa dia adalah seorang mahasiswa yang pandal dalam bersosialisasi atau bergaul dengan teman sebayanya, tetapi dia mulai sadar akan tingkah lakunya yang berlawanan dengan fikirannya, karena ternyata dia tidak panadai bersosialisasi dengan baik dan menyebebabkan dirinya tidak memiliki teman sama sekali. Pengalaman yang nyata ini menunjuk pada suatu pertentangan dalam dirinya. Tapi jika dirinya mulai menyadari kesenjangan dan mengakui hal yang bertentangan terhadap dirinya dan menghadapi keadaan dirinya sebagaimana adanya. Kesadaran yang masih samar-samar akan kesenjangan itu akan membawa perasaan kurang tenang dan cemas serta mengangap dirinya sebagai orang yang tidak pantas. Mahasiswa ini siap untuk menerima layanan konseling dan menjalani proses konseling untuk menutup jurang pemisah antara dua kutub di dalam dirinya sendiri, serta akhirnya menemukan dirinya kembali sebagai orang yang pantas.

Teknik – teknik terapinya

1. Konselor menciptakan suasana komunikasi antar pribadi yang merealisasikan segala kondisi. Disini konselor harus biasa membuat suasana pembicaraan dengan klien yang bias membuat arah pembicaraan menjadi terealisasikan atau terpenuhi maksud akan pembicaraan tentnag masalahnya.
2. Konselor menjadi seorang pendengar yang sabar dan peka serta dapat meyakinkan klien bahwa dia diterima dan dipahami, Disini konselor bertujuan untuk menggali masalah tentang mahasiwa itu kenpa biasa terjadi kemudian  mendengarkan semua curahan hatinya dan harus dengan peka terhadap setiap kata apa yang dia sampaikan agar dia merasa bahwa dia didengar dengan baik dan merasa diterima dan dipahami. Maka klien akan merasa bahwa dia tidak sendiri dan masih ada orang yang mau mendengarkan dirinya dan membuat dia akan berterus terang tenntang masalahnya.

3. Konselor memungkinkan klien untuk mengungkapkan seluruh perasaannya secara jujur, lebih memahami diri sendiri, dan mengembangkan suatu tujuan perubahan dalam diri sendiri dan perilakunya. Disini setah teknik kedua diberikan klien akaan mengungkapkan masalahnya kemudian didorong agar lebih memahami dirinya sendiri dan berusaha bahwa dirinya bias merubah perilakunya sendiri.

Sabtu, 18 Maret 2017

Psikologi Psikoterapi

Psychometry
Psychometry adalah kemampuan psikis di mana seseorang bisa merasakan atau "membaca" sejarah suatu objek dengan cara menyentuhnya. Orang seperti itu dapat menerima Flasback atau future tentang keadaan dari sebuah objek dengan cara memegangnya suatu benda yang berhubungan dengan objek atau objek itu sendiri. Gambaran imajinasi tersebut dapat dirasakan dalam bentuk gambar, suara, bau, rasa, bahkan emosi.

Psychometry adalah bentuk kemampuan psikis yang agak berbeda dengan kemampuan psikis lainnya, terutama kemampuan melihat objek dengan memanfaatkan suatu benda tertentu. Beberapa orang dapat "melihat" menggunakan bola kristal, kaca hitam atau bahkan permukaan air. Tapi orang yang memiliki kemampuan psychometry, mendapatkan visi yang luar biasa ini hanya dengan melalui sentuhan kapanpun dan dimanapun.Psikometri juga bisa disebut sebagai seni merasakan energi-energi yang terpancar dari benda mati. Seseorang yang sudah mengembangkan anugerah kemampuan psikometri dapat merasakan energi dari benda yang dipegangnya dan membaca energi tersebut untuk memperoleh informasi.

Menurut ilmu Psikometri setiap benda baik hidup maupun mati mempunyai energi yang bersumber objek/benda itu sendiri, dalam dunia psikis hal ini bisa disebut juga Aura atau Prana, Prinsipnya adalah setiap molekul benda mati dan hidup bergetar, begitu juga elektron-elektron dari atom-atomnya berputar dan memancarkan energi. Pengaruh gaya tarik-menarik antar molekul dan atom menyebabkan energi yang memancar dari orang atau benda di sekitar objek dapat diserap oleh objek dan disimpan sebagai rekaman kejadian. Rekaman kejadian itu bisa mengendap sampai puluhan tahun lamanya bahkan jika ia memiliki energy yang kuat maka ia bisa mengendap selama ratusan tahun atau lebih.

Bagi siapa saja yang memiliki indra sensitif dapat membaca energi itu. Jika suatu waktu anda sedang memegang atau berada di dekat sebuah benda lalu anda tiba-tiba merasakan perasaan tertentu – dalam bahasa sehari-hari seperti ada perasaan lain, suatu sensasi tiba-tiba seperti perasaan sedih atau perasaan nyaman, ada kemungkinan anda memiliki kemampuan psikometri. Sebaiknya kemampuan tersebut dikembangkan, karena akan sangat berguna dalam hidup anda, seperti misalkan anda seorang polisi penyelidik kejahatan, broker barang antik, atau kolektor benda seni.

Biasanya informasi yang diperoleh berkaitan dengan saat-saat dalam kehidupan orang yang memiliki benda tersebut, dan mungkin mencakup data tentang karakter pemilik atau keadaan emosi nya, pendapat situasi tertentu atau orang, atau lokasi .Produk yang jarang tersentuh oleh pemilik sebelumnya, atau yang pernah dilakukan pada orang juga dapat dibaca, dan mungkin termasuk objek yang tidak biasa seperti pemanggang roti, telepon, atau sekop kebun. Dalam hal benda yang sangat besar, seperti mobil, dinding, pintu, atau meja, psychometrist akan perjalanan ke lokasi untuk menyentuh item dan mungkin menerima tayangan psikis lebih dari satu orang yang menyentuh atau digunakan objek selama bertahun-tahun.

Tujuan Tes Psikometri
 Tes psikometri bertujuan untuk mengukur aspek-aspek dari kemampuan mental atau kepribadian Anda

Unsur Nilai Psikometri
Suatu instrumen evaluasi dinilai dalam beberapa aspek unsur dasar nilai psikometri/utilitas (utility).

Utilitas (U) tersebut meliputi reliability (R), validity (V), educational impact (E), acceptability (A), dan cost (C).1 Setiap variabel tersebut mempunyai bobot (weight), dilambangkan dengan “w”. Utilitas ini merupakan  fungsi perkalian dari seluruh variabel.1 Formula ini dapat digambarkan secara sederhana sebagai berikut:3

U = Rw x Vw x Ew x Aw x Cw

Definisi tersebut dimaksudkan hanya sebagai model konseptual, bukan sebagai algoritma aktuaria karena sebagian elemennya tidak dapat diukur. Meskipun demikian, bila salah satu elemen bernilai nol, maka utilitas juga bernilai nol.1

Perbedaan Antara Konseling Dengan Psikoterapi
 Perbedaan konseling dengan psikoterapi menurut corey (1988) konseling yaitu peningkatan kesadaran dan kemungkinan memilih, berjangka pendek, difokuskan pada masalah, membantu individu untuk menyingjirkan hal-hal yang menghambat pertumbuhannya, dan individu dibantu untuk menemukan sumber-sumber pribadi gar bisa hidup lebih efektif.

         Sedangkan psikoterapi yaitu: difokuskan pada prosese-proses yang tidak sadar, berurusan dengan pengubahan strusktur kepribadian, mengarah pada pemahaman diri yang intensif tentang dinamika-dinamika yang bertanggung jawab atas terjadinya krisis-krisis kehidupan ketimbang hanya berurusan dengan usaha mengatasi krisis kehidupan tertentu. Dan ada juga perbedaan menurut Prawitasari (2002), konseling adalah lebih sebagai pemecahan masalah yang disediakan konselor (dominan pada tataran kognitif), sedangkan psikoterapi lebih sebagai koreksi pengalaman emosi.

            Konseling atau penyuluhan adalah proses pemberian bantuan yang di lakukan oleh seorang ahli (di sebut konselor atau pembimbing) kepada individu yang mengalami sesuatu masalah (disebut konsele) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi klien. Istilah ini pertama kali digunakan oleh Frank Parsons pada tahun 1908 saat ia melakukan konseling karier. Selanjutnya juga diadopsi oleh Carl Rogers yang kemudian mengembangkan pendekatan  terapi yang berpusat pada klien (client centered).

           Dibanding dengan psikoterapi, konseling lebih berurusan dengan klien (konseling) yang mengalami masalah yang tidak terlalu berat sebagaimana halnya yang mengalami  psikopatologi , skizofrenia , maupun kelainan kepribadian. Umumnya konseling berasal dari pendekatan Humanistik dan berpusat pada klien. Konselor juga berhubungan dengan permasalahan Sosial, Budaya, dan perkembangan selain permasalahan yang berkaitan dengan fisik, emosi , dan kelainan mental. Dalam hal ini, konseling melihat kliennya sebagai seseorang yang tidak mempunyai kelainan secara patologis. Konseling merupakan pertemuan antara konselor dengan kliennya yang memungkinkan terjadinya dialog dan bukannya pemberian Terapi atau perawatan (treatment). Konseling juga mendorong terjadinya penyelesaian masalah oleh diri klien sendiri. dalam bidang layanan :
 
Konseling bisa dilakukan dalam berbagai bidang kehidupan, seperti di Masyarakat , di dunia Industri , membantu korban Bencana alam , maupun di lingkungan pendidikan . Khusus pada dunia pendidikan tingkat dasar dan lanjutan di Indonesia, layanan ini biasa disebut bimbingan konseling (konseling sekolah) dan dilakukan oleh guru pembimbing(konselor sekolah).

Berikut ini adalah beberapa perbedaan antara konseling dan psikoterapi.

1.Konseling pada umumnya menangani orang normal, sedangkan psikoterapi terutama menangani orang yang mengalami ganguan psikologis
.
2.Konseling lebih edukatif, suportif, berorientasi sadar dan berjangka pendek, sedangkan psikoterapi lebih rekonstruktif, konfrontatif, berorientasi tak sadar, dan berjangka panjang. 

3.Konseling lebih terstruktur dan terarah pada tujuan yang terbatas dan konkret, sedangkan psikoterapi sengaja dibuat lebih ambigu dan memiliki tujuan yang berubah-ubah dan berkembang terus. 
Bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada seseorang dalam usaha memecahkan kesukaran-kesukaran yang dialaminya. Konseling adalah proses interaksi yang terjadi antara konselor dan konseli dalam situasi pribadi dan professional dengan tujuan memudahkan terjadinya perubahan perilaku menuju terpenuhinya kebutuhan. Psikoterapi biasanya mempunyai arti yang lebih dalam menyangkut kepribadian individu, dan lebih dipusatkan pada perbaikan tingkah laku individu yang menyangkut problem tingkah laku yang lebih serius

Psikoterapi memiliki arti ganda, dimana pada sisi psikoterapi menunjukan kepada sesuatu yang jelas yaitu satu bentuk terapi psikologis, namun di satu sisi lain menunjukkan pada sekelompok terapi psikologis.

1. Konseling pada biasanya menangani individu yang normal, sedangkan psikoterap senantiasa menangani orang yang mengidap gangguan psikologis. 

2. Konseling lebih memiliki sisi edukatif, suportif, berorientasi sadar dan nerjangka pendek, sedangkan psikoterapi lebih memiliki sisi rekonstruksi, konfrontatif, berorientasi tak sadar dan berjangka panjang.

3. Konseling lebih terstruktur dan terarah pada tujuan yang terbatas dan konkret ,sedangkan psikoterapi sengaja dibuat lebih ambigu dan memiliki tujuan yang berubah-ubah dan  berkembang terus.

B. Pendekatan Psikoterapi Terhadap Mental Illnes
 Terdapat beberapa pendekatan psikoterapi terhadap mental illness seperti:

Psychoanalysis dan psychodynamic: Berfokus terhadap mengubah masalah prilaku, perasaan dan pikiran dengan cara memahami akar masalah yang biasanya tersembunyi di pikiran bawah sadarnya untuk mendapat solusi.

Behavior therapy: Berfokus dalam hukum pembelajaran. Perilaku seseorang akan dipengaruhi proses pembelajaran seumur hidup tokohnya adalah Ivan Pavlov yang menemukan teknik classical conditioning assosiative learning. Inti dari pendekatan behavior therapy adalah manusia bertindak secara otomatis karena membentuk asossiasi (hubungan sebab-akibat atau aksi-reaksi).

Cognitive therapy: Cognitive therapy dalah penyebab difungsi pikiran dan menyebabkan difungsi perilaku. Tokohnya Albert Ellis dan Aron Back. Tujuan utama pendekatan kognitif adalah mengubah pola pikir dengan cara mengubah meningkatkan kesadaran dalam pola pikir rasional, metode psikoterapi yang termasuk dalam pendekatan kognitif adalah collaborative empiricism, guide discovery.

Humanistic therapy: Pendekatan humanistic therapy menganggap bahwa setiap manusia itu unik dan setiap manusia sebenarnya mampu menyelesaikan masalahnya sendiri. Setiap manusia dengan keunikannya bebas menentukan pilihan hidupnya sendiri. Oleh karena itu dalam terapi humanistik, seorang psikoterapis berperan sebagai fasilitator perubahan saja bukan mengarahkan perubahan.

Integrative therapy: Apabila seseorang klien mengalami komplikasi gangguan psikologis yang namanya tidak cukup bila ditangani dengan satu metode psikoterapi saja.

Konsep Dasar Teori Psikoanalisis
KEPRIBADIAN:
 
Kesadaran dan ketaksadaran         
 Bagi Freud, kesadaran merupakan bagian terkecil dari keseluruhan jiwa. Seperti gunung es yang mengapung yang bagian terbesarnya berada dibawah permukaan air, bagian jiwa yang terbesar berada dibawah permukaan kesadaran. Ketaksadaran menyimpan pengalaman-pengalaman, ingatan, dan bahan-bahan yang di represi. Freud percaya, bahwa sebagian besar fungsi psikologis berada di luar kesadaran.

Sasaran terapi psikoanalitik adalah membuat motif-motif tak sadar menjadi disadari, karena hanya ketika menyadari motif-motif tersebutlah individu bisa melaksanakan pilihan. Walaupun diluar kesadaran, ketaksadaran tetap mempengaruhi tingkah laku. Proses-proses tak sadar adalah akar dari gejala dan tingkah laku neurotik. Dari perspektif ini, penyembuhan adalah upaya untuk menyingkap gejala-gejala, sebab tingkah laku dan bahan-bahan yang direpresi yang menghalangi fungsi psikologis yang sehat.

Struktur Kepribadian
Menurut pandangan psikoanalitik, struktur kepribadian dibagi menjadi tiga yaitu:

Id
Kepribadian seseorang hanya terdiri dari id ketika dilahirkan. Id kurang terorganisasi, buta, menuntut, dan mendesak. Id tidak bisa mentoleransi tegangan, dan bekerja untuk melepaskan tegangan itu sesegera mungkin serta untuk mencapai keadaan homeostatik. Id diatur oleh asas kesenangan, bersifat tidak logis, amoral, dan didorong oleh satu kepentingan.
             
            Ego
Ego adalah eksekutif dari kepribadian yang memerintah, mengendalikan, dan mengatur. Tugas utama Ego adalah menjadi pengantar naluri-naluri dengan lingkungan sekitar. Ego mengendalikan kesadaran dan melaksanakan sensor. Ego berlaku realistis dan berpikir logis serta merumuskan rencana-rencana tindakan bagi pemuasan kebutuhan-kebutuhan.

Superego
Superego adalah cabang moral atau hukum dari kepribadian, kode moral bagi individu yang urusan utamanya adalah apakah suatu tindakan baik atau buruk, benar atau salah. Superego merepresentasikan hal yang ideal yang real dan mendorong bukan pada kesenangan tetapi pada kesempurnaan. Superego berfungsi menghambat impuls-impuls dari Id.

Mekanisme Pertahanan Ego
 Mekanisme-mekanisme pertahanan ego membantu individu mengatasi kecemasan dan mencegah terlukanya ego. Mekanisme-mekanisme pertahanan ego tidak selalu patologis dan bisa memiliki nilai penyesuaian jika tidak menjadi suatu gaya hidup. Berikut ini beberapa bentuk mekanisme pertahanan ego :

            Penyangkalan
Penyangkalan adalah pertahanan melawan kecemasan dengan menutup mata terhadap keberadaan kenyataan yang mengancam. Individu menolak sejumlah aspek kenyataan yang membangkitkan kecemasan.

Proyeksi
Proyeksi adalah mengalamatkan sifat-sifat tertentu yang tidak bisa diterima oleh ego kepada orang lain. Seseorang melihat pada diri orang lain hal-hal yang tidak disukai dan ia tiak bisa menerima adanya hal-hal itu pada diri sendiri.

Fiksasi
Fiksasi adalah menjadi “terpaku’ pada tahap-tahap perkembangan yang lebih awal karena mengambil langkah ke tahap selanjutnya bisa menyebabkan kecemasan.

Regresi
Regresi adalah melangkah mundur ke fase perkembangan yang lebih awal yang tuntutan-tuntutannya tidak terlalu besar.
Rasionalisasi

Rasionalisasi adalah menciptakan alasan-alasan yang “baik” untuk menghndari ego dari cedera atau memalsukan diri sehingga kenyataan yang mengecewakan menjadi tidak begitu menyakitkan.
Sublimasi

Sublimasi adalah menggunakan jalan keluar yang lebih tinggi atau yang secara sosial lebih dapat diterima bagi dorongan-dorongannya.
Displacement

Displacement adalah mengarahkan energi kepada objek atau orang lain apabila objek asal atau orang yang sebenarnya, tidak bisa dijangkau.
Represi

Represi adalah melupakan isi kesadaran yang traumatis atau bisa membangkitkan kecemasan, mendorong kenyataan yang tidak bisa diterima kepada ketidak sadaran, atau menjadi tidak menyadari hal-hal yang menyakitkan. Represi merupakan salah satu konsep Freud yang paling penting
Formasi reaksi

Formasi reaksi adalah melakukan tindakan yang berlawanan dengan keinginan tak sadar. Jika perasaan-perasaan yang lebih dalam menimbulkan ancaman, maka seseorang menampilkan tingkah laku yang berlawanan untuk menyangkal perasaan-perasaan yang bisa menimbulkan ancaman.

Perkembangan Psikoseksual
Sumbangan yang berarti dalam model psikoanalitik adalah pelukisan tahap-tahap perkembangan psikososial dan psikoseksual individu dari lahir hingga dewasa.

– Tahun pertama kehidupan : Fase Oral Dari lahir sampai akhir usia satu tahun seorang bayi menjalani fase oral. Mengisap buah dada ibu memuaskan kebutuhan akan makanan dan akan kesenangan karena mulut dan bibir merupakan zona erogen yang peka selama fase oral. Tugas perkembangan utama fase oral adalah memperoleh rasa percaya, yaitu percaya kepada orang lain, dunia, dan diri sendiri.

– Usia satu sampai tiga tahun : Fase Anal Tugas yang harus diselesaikan ada fase ini adalah belajar mandiri, memiliki kekuatan pribadi dan otonomi, serta belajar bagaimana mengakui dan menangani perasaan-perasaan yang negatif. Selama fase anal, anak dipastikan akan mengalami perasaan-perasaan negatif seperti benci, hasrat merusak, marah, dsb.

– Usia tiga sampai lima tahun : Fase FalikSelama fase falik, aktivitas seksual menjadi lebih intens dan perhatian dipusatkan pada alat-alat kelamin yaitu penis pada anak laki-laki dan klitoris pad anak perempuan. Pada fase falik, masturbasi meningkat frekuensinya. Anak-anak menjadi lebih ingin tau tentang tubuhnya, mereka berhasrat untuk mengekplorasi tubuh sendiri dan untuk menemukan perbedaan-perbedaan diantar kedua jenis kelamin.

UNSUR-UNSUR TERAPI

Tujuan Terapi Psikoanalitik
Tujuan terapi psikoanalitik adalah membentuk kembali struktur karakter individual dengan jalan membuat kesadaran yang tidak disadari didalam diri klien. Proses terapi difokuskan pada upaya mengalami kembali pengalaman-pengalaman masa anak-anak, direkonstruksi, dibahas, dianalisis, dan ditafsirkan dengan sasaran merekonstruksi kepribadian.

Fungsi dan Peran Terapis
Karakteristik psikoanalisi adalah terapi atau analis membiarkan dirinya anonim sera hanya berbagi sedikit perasaan dan pengalaman sehingga klien memproyeksikan dirinya kepada analis. Analis berusaha membantu klien dalam mencapai kesadaran diri, kejujuran, keefektifan dalam melakukan hubungan personal dalam menangani kecemasan serta secara realistis. Yang dilakukan klien sebagian besar adalah berbicara, yang dilakukan oleh analis adalah mendengarkan dan berusaha untuk mengetahui kapan dia harus membuat penafsiran yang layak untuk mempercepat proses penyingkapan hal-hal yang tidak disadari.

TEKNIK-TEKNIK TERAPI

– Asosiasi Bebas
Asosiasi bebas merupakan teknik utama terapi psikoanalitik. Analis meminta kepada klien agar membersihkan pikirannya dari peikiran-pemikiran dan renungan sehari-hari dan sebisa mungkin mengatakan apa saja yang melintas dalam pikirannya. Dengan melaporkannya segera tanpa ada yang disembunyikan, klien terhanyut bersama segala perasaan dan pikirannya. Cara yang khas adalah klien berbaring diatas balai-balai sementara analisi duduk dibelakangnya sehingga tidak mengalihkan perhatian klien pada saat asosiasi nya mengalir bebas.
Asosiasi bebas merupakan suatu metode pemanggilan kembali pengalaman-pengalaman masa lalu dan melepas emosi-emosi yang berkaitan dengan situasi-situasi traumatik dimasa lampau yang dikenal dengan katarsis.

– Analisis Transferensi
Transferensi merupakan inti dari terapi psikoanalitik. Transferensi dalam proses terapeutik ketika “urusan yang tidak selesai” dimasa lalu klien dengan orang-orang yang berpengaruh menyebabkan dia mendistorsi masa sekarang. Analisis trasferensi adalah teknik yang utama dalam psikoanalisis, sebab mendorong klien untuk menghidupkan kembali masa lampaunya dalam terapi. Ia memungkinkan klien mampu memperoleh pemahaman atas sifat dari fiksasi dan deprivasi dan menyajikan pemahaman tentang pengaruh masa lampau terhadap kehidupannya sekarang. Singkatnya, efek-efek psikopatologis dari hubungan masa dini yang tidak diinginkan dihambat oleh penggarapan atas konflik emosional yang sama yang terdapat dalam hubungan terapeutik dengan analis.

– Analisis Resistensi
Resistensi adalah sesuatu yang melawan kelangsungan terapi dan mencegah klien mengemukakan bahan yang tidak disadari. Freud memandang resistensi sebagai dinamika terhadap kecemasan yang tidak bisa dibiarkan, yang akan mengingat jika klien menjadi sadar atas dorongan-dorongan dan perasaan yang direpresi itu.
Resistensi bekerja dengan menghambat klien dan analis dalam melaksanakan usaha bersama untuk memperoleh pemahaman atas dinamika-dinamika ketidaksadaran klien.

– Analisis Mimpi
Analisis mimpi adalah sebuah prosedur yang penting untuk menyingkap bahan yang tidak disadari dan memberikan kepada klien pemahaman atas beberapa area masalah yang tidak terselesaikan. Selama tidur, pertahanan melemah dan perasaa yang direpresi muncul ke permukaan. Freud memandang mimpi sebagai “jalan istimewa menju ketidaksadaran” karena melalui mimpi hasrat, kebutuhan, dan ketakutan yang tidak disadari diungkapkan. Mimpi memiliki dua taraf isi yaitu isi laten dan isi manifes.

Konsep Dasar Teori dari Pandangan Humanistik Eksistensial

1. TERAPI HUMANISTIK EKSISTENSIAL
Terapi-terapi psikodinamik cenderung memusatkan perhatian pada proses-proses tak eksistensial memusatkan perhatian pada pengalaman-pengalaman sadar. Terapi-terapi humanistic eksistensial juga lebih memusatkan pada apa yang dialami pasien pada masa-masa sekarang “di sini dan kini” dan bukan pada masa lampau. Tetapi ada juga kesamaan antara terapi-terapi humanistuk eksistensial, yakni keduanya menekankan bahwa peristiwa-peristiwa dan pengalaman-pengalaman masa lampau dapat mempengaruhi tingkah laku dan perasaan-perasaan individu sekarang, dan kedua-duanya juga berusaha memperluas pemahaman diri dan kesadaran diri pasien.

Teori konseling eksistensial-humanistik menekankan renungan filosofi tentang apa artinya menjadi manusia. Banyak para ahli psikologi yang berorientasi eksistensial,mengajukan argumen menentang pembatasan studi tingkah laku pada metode-metode yang digunakan oleh ilmu alam. Terapi eksistensial berpijak pada premis bahwa manusia tidak bisa lari dari kebebasan dan bahwa kebebasan dan tanggung jawab berkaitan. Dalam penerapan-penerapan terapeutiknya eksistensial-humanistik memusatkan perhatian pada filosofis yang melandasiterapi. Pendekatan atau teori eksistensian-humanistik menyajikan suatu landasan filosofis bagi orang berhubungan dengan sesama yang menjadi ciri khas, kebutuhan yang unik dan menjadi tujuan konselingnya, dan yang melalui implikasi-implikasi bagi usaha membantu dalam menghadapi pertanyaan-pertanyaan dasar yang menyangkut keberadaan manusia.

Pendekatan eksistensial-humanistik mengembalikan pribadi kepada fokus sentral, sentral memberikan gambaran tentang manusia pada tarafnya yang tertinggi. Ia menunjukkan bahwa manusia selalu ada dalam proses pemenjadian dan bahwa manusia secara sinambung mengaktualkan dan memenuhi potensinya. Pendekatan eksistensial secara tajam berfokus pada fakta-fakta utama keberadaan manusia – kesadaran diri dan kebebasan yang konsisten.

Konsep Dasar Pandangan Humanistik Eksistensial Tentang Perilaku atau Kepribadian
Pendekatan Eksistensial-humanistik berfokus pada diri manusia. Pendekatan ini mengutamakan suatu sikap yang menekankan pada pemahaman atas manusia. Pendekatan Eksisteneial-Humanistik dalam konseling menggunakan sistem tehnik-tehnik yang bertujuan untuk mempengaruhi konseli. Pendekatan terapi eksistensial-humanistik bukan merupakan terapi tunggal, melainkan suatu pendekatan yang mencakup terapi-terapi yang berlainan yang kesemuanya berlandaskan konsep-konsep dan asumsi-asumsi tentang manusia. Konsep-konsep utama pendekatan eksistensial yang membentuk landasan bagi praktek konseling, yaitu:

a) Kesadaran Diri,
Manusia memiliki kesanggupan untuk menyadari dirinya sendiri, suatu kesanggupan yang unik dan nyata yang memungkinkan manusia mampu berpikir dan memutuskan. Semakin kuat kesadaran diri seorang, maka akan semakin besar pula kebebasan yang ada pada orang itu. Kesadaran untuk memilih alternatif-alternatif yakni memutuskan secara bebas didalam kerangka pembatasnya adalah suatu aspek yang esensial pada manusia. Kebebasan memilih dan bertindak itu disertai tanggung jawab. Para ekstensialis menekan manusia bertanggung jawab atas keberadaan dan nasibnya.

b) Kebebasan, tanggung jawab, dan kecemasan.
Kesadaran atas kebebasan dan tanggung jawab bisa menimbulkan kecemasan yang menjadi atribut dasar pada manusia. Kecemasan ekstensial bisa diakibatkan atas keterbatasannya dan atas kemungkinan yang tak terhindarkan untuk mati (nonbeing). Kesadaran atas kematian memiliki arti penting bagi kehidupan individu sekarang, sebab kesasaran tersebut menghadapkan individu pada kenyataan bahwa dia memiliki waktu yang terbatas untuk mengaktualkan potensi-potensinya. Dosa ekstensial yang juga merupakan bagian kondisi manusia. Adalah akibat dari kegagalan individu untuk benar benar menjadi sesuatu sesuai dengan kemampuannya.

c) Penciptaan Makna.
Manusia itu unik dalam arti bahwa ia berusaha untuk menentukan tujuan hidup dan menciptakan nilai-nilai yang akan memberikan makna bagi kehidupan. Menjadi manusia juga berarti menghadapi kesendirian (manusia lahir sendirian dan mati sendirian pula). Walaupun pada hakikatnya sendirian, manusia memiliki kebutuhan untuk berhubungan dengan sesamanya dalam suatu cara yang bermakna, sebab manusia adalah mahluk rasional. Kegagalan dalam menciptakan hubungan yang bermakna bisa menimbulkan kondisi-kondisi isolasi dipersonalisasi, alineasi, kerasingan, dan kesepian. Manusia juga berusaha untuk mengaktualkan diri yakni mengungkapkan potensi-potensi manusiawinya. Sampai tarap tertentu, jika tidak mampu mengaktualkan diri, ia bisa menajdi “sakit”.

Unsur-unsur Terapi

a. Tujuan-tujuan Terapeutik

Terapi eksistensial bertujuan agar klien mengalami keberadaan secara otentik dengan menjadi sadar atas keberadaan dan potensi-potensi serta sadar bahwa ia dapat membuka diri dan bertindak berdasarkan kemampuannya.

Tujuan terapi eksistensial adalah meluaskan kesadaran diri klien, dan karenanya meningkatkan kesanggupan pilihannya, yakni menjadi bebas dan bertanggung jawab atas arah hidupnya.

Terapi eksistensial juga bertujuan membantuklien agar mampu menghadapi kecemasan sehubungan dengan tindakan memilih diri dan menerima kenyataan bahwa dirinya lebih dari sekedar korban kekuatan-kekuatan deterministik di luar dirinya.

b. Fungsi dan Peran Terapis

Tugas utama terapis adalah berusaha memahami klien sebagai ada dalam-dunia. Menurut Buhler dan Allen, para ahli psikologi humanistik memiliki orintasi bersama yang mencakup hal-hal berikut: Mengakui pentingnya pendekatan dari pribadi ke pribadi. Menyadari peran dari tanggung jawab terapis. Mengakui sifat timbal balik dari hubungan terapeutik. Berorientasi pada pertumbuhan. Menekankan keharusan terapis terlibat dengan klien sebagai suatu pribadi yang menyeluruh.

Mengakui bahwa putusan-ptusan dan pilihan-pilihan akhir terletak di tengan klien. Memandang terapis sebagai model, dalam arti bahwa terapis dengan gaya hidup dan pandangan humanistiknya tentang manusia bisa secara implisit menunjukkan kepada klien potensi bagi tindakan kreatif dan positif. Mengakui kebebasan klien untuk mengungkapkan pandangan dan untuk mengembangkan tujuan-tujuan dan nilainya sendiri. Bekerja ke arah mengurangi kebergantungan klien serta meningkatkan kebebasan klien.

c. Teknik-teknik Terapi

Yang paling dipedulikan oleh konselor eksistensial adalah memahami dunia subyektif si klien agar bisa menolongnya untuk bisa sampai pada pemahaman dan pilihan-pilihan baru. Fokusnya adalah pada situasi hidup klien pada saat itu, dan bukan pada menolong klien agar bisa sembuh dari situasi masa lalu (May &Yalom, 1989). Biasaya terpis eksistensial menggunakan metode yang mencakup ruang yang cukup luas, bervariasi bukan saja dari klien ke klien, tetapi juga dengan klien yang sama dalam tahap yang berbeda dari proses terapeutik. Di satu sisi, mereka menggunakan teknik seperti desentisasi (pengurangan kepekaan atas kekurangan yang diderita klien sehabis konseling), asosiasi bebas, atau restrukturisasi kognitif, dan mereka mungkin mendapatkan pemahaman dari konselor yang berorientasi lain. Tidak ada perangkat teknik yang dikhususkan atau dianggap esensial (Fischer & Fischer, 1983). Di sisi lain, beberapa orang eksistensialis mengesampingkan teknik, karena mereka lihat itu semua memberi kesan kekakuan, rutinitas, dan manipulasi

Sepanjang proses terapeutik, kedudukan teknik adalah nomor dua dalam hal menciptakan hubungan yang akan bisa membuat konselor bisa secara efektif menantang dan memahami klien.
Teknik-teknik yang digunakan dalam konseling eksistensial-humanistik, yaitu:

Penerimaan
Rasa hormat
Memahami
Menentramkan
Memberi dorongan
Pertanyaan terbatas
Memantulkan pernyataan dan perasaan klien
Menunjukan sikap yang mencerminkan ikut mersakan apa yang dirasakan klien
Bersikap mengijinkan untuk apa saja yang bermakna

Pandangan Carl Rogers tentang perilaku / kepribadian

A.    Konsep Dasar Pandangan Carl Rogers Tentang Perilaku / Kepribadian

Carl Rogers adalah psikolog humanistik kebangsaan Amerika yang berfokus pada hubungan tarapeutik dan mengembangkan metode baru terapi berpusat pada klien. Rogers adalah salah satu individu yang pertama kali menggunakan istilah klien bukan pasien. Terapi berpusat pada klien berfkous pada peran klien, bukan ahli terapi, sebagai proses kunci penyembuhan. Rogers yakin bahwa setiap orang menjalani hidup di dunia secara berbeda dan mengetahui pengalaman terbaiknya. Menurut Rogers, klien benar – benar “berupaya untuk sembuh” dan dalam hubungan ahli terapi – klien yang suportif dan saling menghargai, klien dapat menyembuhkan dirinya sendiri. Klien berada di posisi terbaik untuk mengetahui pengalamannya sendiri dan memahami pengalamannya tersebut. Untuk memperoleh harga dirinya dan mencapai aktualisasi diri tersebut.

Konsep Carl Rogers tentang kepribadian

Berbagai istilah dan konsep yang muncul dalam penyajian teori Rogers mengenai kepribadian dan perilaku yang sering memiliki arti yang unik dan khas dalam orientasi sebagai berikut :

1.      Pengalaman
Pengalaman mengacu pada dunia pribadi individu. Setiap saat, sebagian dari hal ini terkait akan kesadaran. Misalnya, kita merasakan tekanan pena terhadap jari – jari kita seperti yang kita tulis. Beberapa mungkin sulit untuk membawa ke dalam kesadaran, seperti ide, “Aku orang yang agresif”. Sementara kesadaran masyarakat yang sebenarnya dari total lapangan pengalaman mereka mungkin terbatas, setiap individu adalah satu – satunya yang bisa tahu itu seluruhnya.

2.      Realitas
Untuk tujuan psikologis, realitas pada dasarnya adalah dunia pribadi dari persepsi individu, meskipun untuk tujuan sosial realitas terdiri dari orang – orang yang memiliki persepsi tingkat tinggi kesamaan antara berbagai individu. Dua orang akan setuju pada kenyataan bahwa orang tertentu adalah politisi. Satu melihat dirinya sebagai seorang wanita baik yang ingin membantu orang dan berdasarkan kenyataan orang menilai untuk dirinya. Kenyataannya orang lain adalah bahwa politisi menyisihkan uang untuk rakyat dalam memiliki tujuan untuk memenangi hati dari rakyat. Oleh karena itu orang ini memberi suara padanya (wanita). Dalam terapi, di sebut sebagai merubah perasaan dan merubah persepsi.

 3.    Organisme Bereaksi sebagai Terorganisir yang utuh
Seseorang mungkin lapar, tetapi karena harus menyelesaikan laporan. Maka, orang tersebut akan melewatkan makan siang. Dalam psikoterapi, klien sering menjadi lebih jelas tentang apa yang lebih penting bagi mereka. Sehingga perubahan perilaku di arahkan dalam tujuan untuk di klasifikasikan. Seorang politisi dapat memutuskan untuk tidak mrncalonkan diri untuk mendapatkan jabatan karena ia memutuskan bahwa kehidupan keluarganya lebih penting dari pada mencalonkan diri sebagai pejabat.

4.    Organisme mengaktualisasi kecenderungan (The Organism Actualizing Tendency)
Ini adalah prinsip utama dalam tulisan – tulisan dari Kurt Goldstein, Hobart Mowrer, Harry Stack Sullivan, Karen Horney, dan Andras Angyai. Untuk nama hanya beberapa. Perjuangan untuk mengajarkan anak dalam belajar jalan adalah sebuah contoh. Ini adalah keyakinan Rogers dan keyakinan sebagaian besar teori kepribadian yang lain. Di beri pilihan bebas dan tidak adanya kekuatan eksternal. Individu lebih memilih untuk menjadi sehat daripada sakit, untuk menjadi independen dari pada bergantung. Dan secara umum untuk mendorong pengembangan optimal dari organisme total.

5.    Frame Internal Referensi
Ini adalah bidang persepsi individu. Ini adalah cara dunia muncul dan sebuah makna yang melekat pada pengalaman dan melibatkan perasaaan. Dari titik orang memiliki pusat pandangan. Kerangka acuan internal memberikan pemahamana sepenuhnya tentang mengapa orang berperilaku seperti yang mereka lakukan. Hal ini harus di bedakan dari penilaian eksternal perilaku, sikap, dan kepribadian.

6.    Konsep Diri
Istilah – istilah mengacu pada gesalt, terorganisir konsisten, konseptual terdiri dari persepsi karakteristik “I” atau “saya” dan persepsi tentang hubungan dari “I” atau “Aku” kepada orang lain dan berbagai aspek kehidupan, bersama dengan nilai – nilai yang melekat pada persepsi ini. Menurut Gesalt kesadaran merupakan cairan dan proses perubahan.

7.    Symbolization
Ini adalah proses di mana individu menjadi sadar. Ada kecenderungan untuk menolak simbolisasi untuk pengalaman berbeda dengan konsep dirinya. Misalnya, orang – orang menganggap dirinya benar akan cenderung menolak simbolisasi tindakan berbohong. Pengalaman ambigu cenderung di lambangkan dengan cara yang konsisten dengan konsep diri. Seorang pembicara kurang percaya diri dapat di lambangkan khalayak diam sebagai terkesan, orang yang percaya diri dapat melambangkan sebuah kelompok yang penuh perhatian dan tertarik.

8.    Penyesuaian Psikologis & Ketidakmampuan Menyesuaikan diri
Hal ini mengacu pada konsistensi, atau kurangnya konsistensi, antara pengalaman individu sensorik dan konsep diri. Sebuah konsep diri yang mencakup unsur – unsur kelemahan dan ketidaksempurnaan memfasilitasi simbolisasi dari pengalaman kegagalan. Kebutuhan untuk menolak atau mendistorsi pengalaman seperti tidak ada dan karena itu menumbuhkan kondisi penyesuaian psikologis.

9.    Organismic Valuing Process
Ini adalah proses yang berkelanjutan di mana individu bebas bergantung pada bukti indra mereka sendiri untuk membuat penilaian. Hal ini yang berbeda dengan sistem fixed menilai intrijected di tandai dengan “kewajiban” dan “keharusan” dan juga dengan apa yang seharusnya benar / salah. Proses menilai organismic konsisten dengan hipotesis.

10.  The Fully Functioning Person
Rogers mendefinisikan mereka yang bergantung pada Organismic valuing process seperti Fully functioning person. Dapat mengalami semua perasaan mereka, ketakutan, memungkinkan kesadaran bergerak bebas di dalam pikiran mereka dan melalui pengalaman mereka.

Unsur – Unsur Terapi (Person – Centered)

1. Peran Terapis

Menurut Rogers, peran terapis bersifat holistik, berakar pada cara mereka berada dan sikap – sikap mereka, tidak pada teknik – teknik yang di rancang agar klien melakukan sesuatu. Penelitian menunjukkan bahwa sikap – sikap terapislah yang memfasilitasi perubahan pada klien dan bukan pengetahuan, teori, atau teknik – teknik yang mereka miliki. Terapis menggunakan dirinya sendiri sebagai instrument perubahan. Fungsi mereka menciptakan iklim terapeutik yang membantu klien untuk tumbuh. Rogers, juga menulis tentang I-Thou. Terapis menyadari bahasa verbal dan nonverbal klien dan merefleksikannya kembali. Terapis dan klien tidak tahu kemana sesi akan terarah dan sasaran apa yang akan di capai. Terapis percaya bahwa klien akan mengembangkan agenda mengenai apa yang ingin di capainya. Terapis hanya fasilitator dan kesabaran adalah esensial.

2. Tujuan Terapis

Rogers berpendapat bahwa terapis tidak boleh memaksakan tujuan – tujuan atau nilai – nilai yang di milikinya pada pasien. Fokus dari terapi adalah pasien. Terapi adalah nondirektif, yakni pasien dan bukan terapis memimpin atau mengarahkan jalannya terapi. Terapis memantulkan perasaan – perasaan yang di ungkapkan oleh pasien untuk membantunya berhubungan dengan perasaan – perasaanya yang lebih dalam dan bagian – bagian dari dirinya yang tidak di akui karena tidak diterima oleh masyarakat. Terapis memantulkan kembali atau menguraikan dengan kata – kata pa yang di ungkapkan pasien tanpa memberi penilaian.

3. Teknik – Teknik Terapi

Untuk terapis person – centered, kualitas hubungan terapis jauh lebih penting daripada teknik. Rogers, percaya bahwa ada tiga kondisi yang perlu dan sudah cukup terapi, yaitu :
1.      Empathy
2.      Positive Regard (acceptance)
3.      Congruence
Empati adalah kemampuan terapis untuk merasakan bersama dengan klien dan menyampaikan pemahaman ini kembali kepada mereka. Empati adalah usaha untuk berpikir bersama dan bukan berpikir tentang atau mereka. Rogers mengatakan bahwa penelitian yang ada makin menunjukkan bahwa empati dalam suatu hubungan mungkin adalah faktor yang paling berpengaruh dan sudah pasti merupakan salah satu faktor yang membawa perubahan dan pembelajaran.
Positive Regard yang di kenal juga sebagai akseptansi adalah geunine caring yang mendalam untuk klien sebagai pribadi – sangat menghargai klien karena keberadaannya.
Congruence / Kongruensi adalah kondisi transparan dalam hubungan tarapeutik dengan tidak memakai topeng atau pulasan – pulasan.

Menurut Rogers perubahan kepribadian yang positif dan signifikan hanya bisa terjadi di dalam suatu hubungan.

Daftar Pustaka :