Psychometry
Psychometry
adalah kemampuan psikis di mana seseorang bisa merasakan atau
"membaca" sejarah suatu objek dengan cara menyentuhnya. Orang seperti
itu dapat menerima Flasback atau future tentang keadaan dari sebuah objek
dengan cara memegangnya suatu benda yang berhubungan dengan objek atau objek
itu sendiri. Gambaran imajinasi tersebut dapat dirasakan dalam bentuk gambar, suara,
bau, rasa, bahkan emosi.
Psychometry
adalah bentuk kemampuan psikis yang agak berbeda dengan kemampuan psikis
lainnya, terutama kemampuan melihat objek dengan memanfaatkan suatu benda
tertentu. Beberapa orang dapat "melihat" menggunakan bola kristal,
kaca hitam atau bahkan permukaan air. Tapi orang yang memiliki kemampuan
psychometry, mendapatkan visi yang luar biasa ini hanya dengan melalui sentuhan
kapanpun dan dimanapun.Psikometri juga bisa disebut sebagai seni merasakan
energi-energi yang terpancar dari benda mati. Seseorang yang sudah
mengembangkan anugerah kemampuan psikometri dapat merasakan energi dari benda
yang dipegangnya dan membaca energi tersebut untuk memperoleh informasi.
Menurut
ilmu Psikometri setiap benda baik hidup maupun mati mempunyai energi yang
bersumber objek/benda itu sendiri, dalam dunia psikis hal ini bisa disebut juga
Aura atau Prana, Prinsipnya adalah setiap molekul benda mati dan hidup
bergetar, begitu juga elektron-elektron dari atom-atomnya berputar dan
memancarkan energi. Pengaruh gaya tarik-menarik antar molekul dan atom
menyebabkan energi yang memancar dari orang atau benda di sekitar objek dapat
diserap oleh objek dan disimpan sebagai rekaman kejadian. Rekaman kejadian itu
bisa mengendap sampai puluhan tahun lamanya bahkan jika ia memiliki energy yang
kuat maka ia bisa mengendap selama ratusan tahun atau lebih.
Bagi
siapa saja yang memiliki indra sensitif dapat membaca energi itu. Jika suatu
waktu anda sedang memegang atau berada di dekat sebuah benda lalu anda
tiba-tiba merasakan perasaan tertentu – dalam bahasa sehari-hari seperti ada
perasaan lain, suatu sensasi tiba-tiba seperti perasaan sedih atau perasaan
nyaman, ada kemungkinan anda memiliki kemampuan psikometri. Sebaiknya kemampuan
tersebut dikembangkan, karena akan sangat berguna dalam hidup anda, seperti
misalkan anda seorang polisi penyelidik kejahatan, broker barang antik, atau kolektor
benda seni.
Biasanya
informasi yang diperoleh berkaitan dengan saat-saat dalam kehidupan orang yang
memiliki benda tersebut, dan mungkin mencakup data tentang karakter pemilik
atau keadaan emosi nya, pendapat situasi tertentu atau orang, atau lokasi
.Produk yang jarang tersentuh oleh pemilik sebelumnya, atau yang pernah
dilakukan pada orang juga dapat dibaca, dan mungkin termasuk objek yang tidak
biasa seperti pemanggang roti, telepon, atau sekop kebun. Dalam hal benda yang
sangat besar, seperti mobil, dinding, pintu, atau meja, psychometrist akan
perjalanan ke lokasi untuk menyentuh item dan mungkin menerima tayangan psikis
lebih dari satu orang yang menyentuh atau digunakan objek selama
bertahun-tahun.
Tujuan
Tes Psikometri
Tes
psikometri bertujuan untuk mengukur aspek-aspek dari kemampuan mental atau
kepribadian Anda
Unsur Nilai Psikometri
Suatu
instrumen evaluasi dinilai dalam beberapa aspek unsur dasar nilai
psikometri/utilitas (utility).
Utilitas
(U) tersebut meliputi reliability (R), validity (V), educational
impact (E), acceptability (A), dan cost (C).1
Setiap variabel tersebut mempunyai bobot (weight), dilambangkan dengan
“w”. Utilitas ini merupakan fungsi perkalian dari seluruh variabel.1
Formula ini dapat digambarkan secara sederhana sebagai berikut:3
U
= Rw x Vw x Ew x Aw x Cw
Definisi
tersebut dimaksudkan hanya sebagai model konseptual, bukan sebagai algoritma
aktuaria karena sebagian elemennya tidak dapat diukur. Meskipun demikian, bila
salah satu elemen bernilai nol, maka utilitas juga bernilai nol.1
Perbedaan Antara Konseling Dengan Psikoterapi
Perbedaan konseling dengan
psikoterapi menurut corey (1988) konseling yaitu peningkatan kesadaran dan
kemungkinan memilih, berjangka pendek, difokuskan pada masalah, membantu
individu untuk menyingjirkan hal-hal yang menghambat pertumbuhannya, dan
individu dibantu untuk menemukan sumber-sumber pribadi gar bisa hidup lebih
efektif.
Sedangkan psikoterapi yaitu: difokuskan pada prosese-proses
yang tidak sadar, berurusan dengan pengubahan strusktur kepribadian, mengarah
pada pemahaman diri yang intensif tentang dinamika-dinamika yang bertanggung
jawab atas terjadinya krisis-krisis kehidupan ketimbang hanya berurusan dengan
usaha mengatasi krisis kehidupan tertentu. Dan ada juga perbedaan menurut
Prawitasari (2002), konseling adalah lebih sebagai pemecahan masalah yang
disediakan konselor (dominan pada tataran kognitif), sedangkan psikoterapi
lebih sebagai koreksi pengalaman emosi.
Konseling
atau penyuluhan adalah proses pemberian bantuan yang di lakukan oleh seorang
ahli (di sebut konselor atau pembimbing) kepada individu yang mengalami sesuatu
masalah (disebut konsele) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi
klien. Istilah ini pertama kali digunakan oleh Frank Parsons pada tahun 1908
saat ia melakukan konseling karier. Selanjutnya juga diadopsi oleh Carl Rogers
yang kemudian mengembangkan pendekatan terapi yang berpusat pada klien (client
centered).
Dibanding dengan psikoterapi, konseling lebih berurusan dengan klien
(konseling) yang mengalami masalah yang tidak terlalu berat sebagaimana halnya
yang mengalami psikopatologi
, skizofrenia , maupun kelainan kepribadian. Umumnya konseling berasal dari
pendekatan Humanistik dan berpusat pada klien. Konselor juga berhubungan dengan
permasalahan Sosial, Budaya, dan perkembangan selain permasalahan yang
berkaitan dengan fisik, emosi , dan kelainan mental. Dalam hal ini, konseling
melihat kliennya sebagai seseorang yang tidak mempunyai kelainan secara
patologis. Konseling merupakan pertemuan antara konselor dengan kliennya yang
memungkinkan terjadinya dialog dan bukannya pemberian Terapi atau perawatan (treatment).
Konseling juga mendorong terjadinya penyelesaian masalah oleh diri klien
sendiri. dalam bidang layanan
:
Konseling bisa dilakukan dalam
berbagai bidang kehidupan, seperti di Masyarakat , di dunia Industri , membantu
korban Bencana alam , maupun di lingkungan pendidikan . Khusus pada dunia
pendidikan tingkat dasar dan lanjutan di Indonesia, layanan ini biasa disebut
bimbingan konseling (konseling sekolah) dan dilakukan oleh guru
pembimbing(konselor sekolah).
1.Konseling pada umumnya menangani orang normal, sedangkan psikoterapi terutama menangani orang yang mengalami ganguan psikologis
.
2.Konseling lebih edukatif,
suportif, berorientasi sadar dan berjangka pendek, sedangkan psikoterapi lebih
rekonstruktif, konfrontatif, berorientasi tak sadar, dan berjangka panjang.
3.Konseling
lebih terstruktur dan terarah pada tujuan yang terbatas dan konkret, sedangkan
psikoterapi sengaja dibuat lebih ambigu dan memiliki tujuan yang berubah-ubah
dan berkembang terus.
Bimbingan adalah bantuan yang
diberikan kepada seseorang dalam usaha memecahkan kesukaran-kesukaran yang
dialaminya. Konseling adalah proses interaksi yang terjadi antara konselor dan
konseli dalam situasi pribadi dan professional dengan tujuan memudahkan
terjadinya perubahan perilaku menuju terpenuhinya kebutuhan. Psikoterapi
biasanya mempunyai arti yang lebih dalam menyangkut kepribadian individu, dan
lebih dipusatkan pada perbaikan tingkah laku individu yang menyangkut problem
tingkah laku yang lebih serius
Psikoterapi memiliki arti
ganda, dimana pada sisi psikoterapi menunjukan kepada sesuatu yang jelas yaitu
satu bentuk terapi psikologis, namun di satu sisi lain menunjukkan pada
sekelompok terapi psikologis.
1. Konseling
pada biasanya menangani individu yang normal, sedangkan psikoterap senantiasa menangani
orang yang mengidap gangguan psikologis.
2. Konseling lebih memiliki sisi edukatif,
suportif, berorientasi sadar dan nerjangka pendek, sedangkan psikoterapi lebih
memiliki sisi rekonstruksi, konfrontatif, berorientasi tak sadar dan berjangka
panjang.
3. Konseling lebih terstruktur dan terarah pada
tujuan yang terbatas dan konkret ,sedangkan psikoterapi sengaja dibuat lebih
ambigu dan memiliki tujuan yang berubah-ubah dan berkembang terus.
B. Pendekatan Psikoterapi Terhadap Mental
Illnes
Terdapat beberapa pendekatan psikoterapi
terhadap mental illness seperti:
Psychoanalysis dan psychodynamic: Berfokus terhadap
mengubah masalah prilaku, perasaan dan pikiran dengan cara memahami akar
masalah yang biasanya tersembunyi di pikiran bawah sadarnya untuk mendapat
solusi.
Behavior therapy: Berfokus
dalam hukum pembelajaran. Perilaku seseorang akan dipengaruhi proses
pembelajaran seumur hidup tokohnya adalah Ivan Pavlov yang menemukan teknik classical
conditioning assosiative learning. Inti dari pendekatan behavior
therapy adalah manusia bertindak secara otomatis karena membentuk asossiasi
(hubungan sebab-akibat atau aksi-reaksi).
Cognitive therapy: Cognitive therapy dalah penyebab
difungsi pikiran dan menyebabkan difungsi perilaku. Tokohnya Albert Ellis dan
Aron Back. Tujuan utama pendekatan kognitif adalah mengubah pola pikir dengan
cara mengubah meningkatkan kesadaran dalam pola pikir rasional, metode
psikoterapi yang termasuk dalam pendekatan kognitif adalah
collaborative empiricism, guide discovery.
Humanistic therapy: Pendekatan humanistic therapy
menganggap bahwa setiap manusia itu unik dan setiap manusia sebenarnya mampu
menyelesaikan masalahnya sendiri. Setiap manusia dengan keunikannya bebas
menentukan pilihan hidupnya sendiri. Oleh karena itu dalam terapi humanistik,
seorang psikoterapis berperan sebagai fasilitator perubahan saja bukan
mengarahkan perubahan.
Integrative therapy: Apabila seseorang klien mengalami
komplikasi gangguan psikologis yang namanya tidak cukup bila ditangani dengan
satu metode psikoterapi saja.
Konsep Dasar Teori Psikoanalisis
KEPRIBADIAN:
Kesadaran dan ketaksadaran
Bagi Freud, kesadaran
merupakan bagian terkecil dari keseluruhan jiwa. Seperti gunung es yang
mengapung yang bagian terbesarnya berada dibawah permukaan air, bagian jiwa
yang terbesar berada dibawah permukaan kesadaran. Ketaksadaran menyimpan
pengalaman-pengalaman, ingatan, dan bahan-bahan yang di represi. Freud percaya,
bahwa sebagian besar fungsi psikologis berada di luar kesadaran.
Sasaran terapi psikoanalitik
adalah membuat motif-motif tak sadar menjadi disadari, karena hanya ketika
menyadari motif-motif tersebutlah individu bisa melaksanakan pilihan. Walaupun
diluar kesadaran, ketaksadaran tetap mempengaruhi tingkah laku. Proses-proses
tak sadar adalah akar dari gejala dan tingkah laku neurotik. Dari perspektif
ini, penyembuhan adalah upaya untuk menyingkap gejala-gejala, sebab tingkah
laku dan bahan-bahan yang direpresi yang menghalangi fungsi psikologis yang
sehat.
Struktur Kepribadian
Menurut pandangan psikoanalitik, struktur
kepribadian dibagi menjadi tiga yaitu:
Id
Kepribadian seseorang hanya
terdiri dari id ketika dilahirkan. Id kurang terorganisasi, buta, menuntut, dan
mendesak. Id tidak bisa mentoleransi tegangan, dan bekerja untuk melepaskan
tegangan itu sesegera mungkin serta untuk mencapai keadaan homeostatik. Id
diatur oleh asas kesenangan, bersifat tidak logis, amoral, dan didorong oleh
satu kepentingan.
Ego
Ego adalah eksekutif dari
kepribadian yang memerintah, mengendalikan, dan mengatur. Tugas utama Ego
adalah menjadi pengantar naluri-naluri dengan lingkungan sekitar. Ego
mengendalikan kesadaran dan melaksanakan sensor. Ego berlaku realistis dan
berpikir logis serta merumuskan rencana-rencana tindakan bagi pemuasan
kebutuhan-kebutuhan.
Superego
Superego adalah cabang moral
atau hukum dari kepribadian, kode moral bagi individu yang urusan utamanya
adalah apakah suatu tindakan baik atau buruk, benar atau salah. Superego
merepresentasikan hal yang ideal yang real dan mendorong bukan pada kesenangan
tetapi pada kesempurnaan. Superego berfungsi menghambat impuls-impuls dari Id.
Mekanisme Pertahanan Ego
Mekanisme-mekanisme pertahanan
ego membantu individu mengatasi kecemasan dan mencegah terlukanya ego.
Mekanisme-mekanisme pertahanan ego tidak selalu patologis dan bisa memiliki
nilai penyesuaian jika tidak menjadi suatu gaya hidup. Berikut ini beberapa
bentuk mekanisme pertahanan ego :
Penyangkalan
Penyangkalan adalah pertahanan
melawan kecemasan dengan menutup mata terhadap keberadaan kenyataan yang
mengancam. Individu menolak sejumlah aspek kenyataan yang membangkitkan
kecemasan.
Proyeksi
Proyeksi adalah mengalamatkan
sifat-sifat tertentu yang tidak bisa diterima oleh ego kepada orang lain.
Seseorang melihat pada diri orang lain hal-hal yang tidak disukai dan ia tiak
bisa menerima adanya hal-hal itu pada diri sendiri.
Fiksasi
Fiksasi adalah menjadi
“terpaku’ pada tahap-tahap perkembangan yang lebih awal karena mengambil
langkah ke tahap selanjutnya bisa menyebabkan kecemasan.
Regresi
Regresi adalah melangkah
mundur ke fase perkembangan yang lebih awal yang tuntutan-tuntutannya tidak
terlalu besar.
Rasionalisasi
Rasionalisasi adalah
menciptakan alasan-alasan yang “baik” untuk menghndari ego dari cedera atau
memalsukan diri sehingga kenyataan yang mengecewakan menjadi tidak begitu
menyakitkan.
Sublimasi
Sublimasi adalah menggunakan
jalan keluar yang lebih tinggi atau yang secara sosial lebih dapat diterima
bagi dorongan-dorongannya.
Displacement
Displacement adalah
mengarahkan energi kepada objek atau orang lain apabila objek asal atau orang
yang sebenarnya, tidak bisa dijangkau.
Represi
Represi adalah melupakan isi
kesadaran yang traumatis atau bisa membangkitkan kecemasan, mendorong kenyataan
yang tidak bisa diterima kepada ketidak sadaran, atau menjadi tidak menyadari
hal-hal yang menyakitkan. Represi merupakan salah satu konsep Freud yang paling
penting
Formasi reaksi
Formasi reaksi adalah
melakukan tindakan yang berlawanan dengan keinginan tak sadar. Jika
perasaan-perasaan yang lebih dalam menimbulkan ancaman, maka seseorang
menampilkan tingkah laku yang berlawanan untuk menyangkal perasaan-perasaan
yang bisa menimbulkan ancaman.
Perkembangan Psikoseksual
Sumbangan yang berarti dalam
model psikoanalitik adalah pelukisan tahap-tahap perkembangan psikososial dan
psikoseksual individu dari lahir hingga dewasa.
– Tahun pertama kehidupan :
Fase Oral Dari lahir sampai akhir usia satu tahun seorang bayi menjalani fase
oral. Mengisap buah dada ibu memuaskan kebutuhan akan makanan dan akan
kesenangan karena mulut dan bibir merupakan zona erogen yang peka selama fase
oral. Tugas perkembangan utama fase oral adalah memperoleh rasa percaya, yaitu
percaya kepada orang lain, dunia, dan diri sendiri.
– Usia satu sampai tiga tahun
: Fase Anal Tugas yang harus diselesaikan ada fase ini adalah belajar mandiri,
memiliki kekuatan pribadi dan otonomi, serta belajar bagaimana mengakui dan
menangani perasaan-perasaan yang negatif. Selama fase anal, anak dipastikan
akan mengalami perasaan-perasaan negatif seperti benci, hasrat merusak, marah,
dsb.
– Usia tiga sampai lima tahun
: Fase FalikSelama fase falik, aktivitas seksual menjadi lebih intens dan
perhatian dipusatkan pada alat-alat kelamin yaitu penis pada anak laki-laki dan
klitoris pad anak perempuan. Pada fase falik, masturbasi meningkat
frekuensinya. Anak-anak menjadi lebih ingin tau tentang tubuhnya, mereka
berhasrat untuk mengekplorasi tubuh sendiri dan untuk menemukan
perbedaan-perbedaan diantar kedua jenis kelamin.
UNSUR-UNSUR TERAPI
Tujuan Terapi Psikoanalitik
Tujuan terapi psikoanalitik
adalah membentuk kembali struktur karakter individual dengan jalan membuat
kesadaran yang tidak disadari didalam diri klien. Proses terapi difokuskan pada
upaya mengalami kembali pengalaman-pengalaman masa anak-anak, direkonstruksi,
dibahas, dianalisis, dan ditafsirkan dengan sasaran merekonstruksi kepribadian.
Fungsi dan Peran Terapis
Karakteristik psikoanalisi
adalah terapi atau analis membiarkan dirinya anonim sera hanya berbagi sedikit
perasaan dan pengalaman sehingga klien memproyeksikan dirinya kepada analis.
Analis berusaha membantu klien dalam mencapai kesadaran diri, kejujuran,
keefektifan dalam melakukan hubungan personal dalam menangani kecemasan serta
secara realistis. Yang dilakukan klien sebagian besar adalah berbicara, yang
dilakukan oleh analis adalah mendengarkan dan berusaha untuk mengetahui kapan
dia harus membuat penafsiran yang layak untuk mempercepat proses penyingkapan
hal-hal yang tidak disadari.
TEKNIK-TEKNIK TERAPI
– Asosiasi Bebas
Asosiasi bebas merupakan teknik
utama terapi psikoanalitik. Analis meminta kepada klien agar membersihkan
pikirannya dari peikiran-pemikiran dan renungan sehari-hari dan sebisa mungkin
mengatakan apa saja yang melintas dalam pikirannya. Dengan melaporkannya segera
tanpa ada yang disembunyikan, klien terhanyut bersama segala perasaan dan
pikirannya. Cara yang khas adalah klien berbaring diatas balai-balai sementara
analisi duduk dibelakangnya sehingga tidak mengalihkan perhatian klien pada
saat asosiasi nya mengalir bebas.
Asosiasi bebas merupakan suatu metode pemanggilan kembali pengalaman-pengalaman masa lalu dan melepas emosi-emosi yang berkaitan dengan situasi-situasi traumatik dimasa lampau yang dikenal dengan katarsis.
Asosiasi bebas merupakan suatu metode pemanggilan kembali pengalaman-pengalaman masa lalu dan melepas emosi-emosi yang berkaitan dengan situasi-situasi traumatik dimasa lampau yang dikenal dengan katarsis.
– Analisis Transferensi
Transferensi merupakan inti
dari terapi psikoanalitik. Transferensi dalam proses terapeutik ketika “urusan
yang tidak selesai” dimasa lalu klien dengan orang-orang yang berpengaruh
menyebabkan dia mendistorsi masa sekarang. Analisis trasferensi adalah teknik
yang utama dalam psikoanalisis, sebab mendorong klien untuk menghidupkan
kembali masa lampaunya dalam terapi. Ia memungkinkan klien mampu memperoleh
pemahaman atas sifat dari fiksasi dan deprivasi dan menyajikan pemahaman
tentang pengaruh masa lampau terhadap kehidupannya sekarang. Singkatnya,
efek-efek psikopatologis dari hubungan masa dini yang tidak diinginkan dihambat
oleh penggarapan atas konflik emosional yang sama yang terdapat dalam hubungan
terapeutik dengan analis.
– Analisis Resistensi
Resistensi adalah sesuatu yang
melawan kelangsungan terapi dan mencegah klien mengemukakan bahan yang tidak
disadari. Freud memandang resistensi sebagai dinamika terhadap kecemasan yang
tidak bisa dibiarkan, yang akan mengingat jika klien menjadi sadar atas
dorongan-dorongan dan perasaan yang direpresi itu.
Resistensi bekerja dengan menghambat klien dan analis dalam melaksanakan usaha bersama untuk memperoleh pemahaman atas dinamika-dinamika ketidaksadaran klien.
Resistensi bekerja dengan menghambat klien dan analis dalam melaksanakan usaha bersama untuk memperoleh pemahaman atas dinamika-dinamika ketidaksadaran klien.
– Analisis Mimpi
Analisis mimpi adalah sebuah
prosedur yang penting untuk menyingkap bahan yang tidak disadari dan memberikan
kepada klien pemahaman atas beberapa area masalah yang tidak terselesaikan.
Selama tidur, pertahanan melemah dan perasaa yang direpresi muncul ke
permukaan. Freud memandang mimpi sebagai “jalan istimewa menju ketidaksadaran”
karena melalui mimpi hasrat, kebutuhan, dan ketakutan yang tidak disadari
diungkapkan. Mimpi memiliki dua taraf isi yaitu isi laten dan isi manifes.
Konsep
Dasar Teori dari Pandangan Humanistik Eksistensial
1. TERAPI
HUMANISTIK EKSISTENSIAL
Terapi-terapi psikodinamik cenderung memusatkan perhatian pada
proses-proses tak eksistensial memusatkan perhatian pada pengalaman-pengalaman
sadar. Terapi-terapi humanistic eksistensial juga lebih memusatkan pada apa
yang dialami pasien pada masa-masa sekarang “di sini dan kini” dan bukan pada
masa lampau. Tetapi ada juga kesamaan antara terapi-terapi humanistuk
eksistensial, yakni keduanya menekankan bahwa peristiwa-peristiwa dan
pengalaman-pengalaman masa lampau dapat mempengaruhi tingkah laku dan perasaan-perasaan
individu sekarang, dan kedua-duanya juga berusaha memperluas pemahaman diri dan
kesadaran diri pasien.
Teori konseling eksistensial-humanistik menekankan renungan filosofi
tentang apa artinya menjadi manusia. Banyak para ahli psikologi yang berorientasi
eksistensial,mengajukan argumen menentang pembatasan studi tingkah laku pada
metode-metode yang digunakan oleh ilmu alam. Terapi eksistensial berpijak pada
premis bahwa manusia tidak bisa lari dari kebebasan dan bahwa kebebasan dan
tanggung jawab berkaitan. Dalam penerapan-penerapan terapeutiknya
eksistensial-humanistik memusatkan perhatian pada filosofis yang
melandasiterapi. Pendekatan atau teori eksistensian-humanistik menyajikan suatu
landasan filosofis bagi orang berhubungan dengan sesama yang menjadi ciri khas,
kebutuhan yang unik dan menjadi tujuan konselingnya, dan yang melalui
implikasi-implikasi bagi usaha membantu dalam menghadapi pertanyaan-pertanyaan
dasar yang menyangkut keberadaan manusia.
Pendekatan eksistensial-humanistik mengembalikan pribadi kepada fokus
sentral, sentral memberikan gambaran tentang manusia pada tarafnya yang
tertinggi. Ia menunjukkan bahwa manusia selalu ada dalam proses pemenjadian dan
bahwa manusia secara sinambung mengaktualkan dan memenuhi potensinya. Pendekatan
eksistensial secara tajam berfokus pada fakta-fakta utama keberadaan manusia –
kesadaran diri dan kebebasan yang konsisten.
Konsep Dasar Pandangan Humanistik Eksistensial Tentang Perilaku atau
Kepribadian
Pendekatan Eksistensial-humanistik berfokus pada diri manusia. Pendekatan
ini mengutamakan suatu sikap yang menekankan pada pemahaman atas manusia.
Pendekatan Eksisteneial-Humanistik dalam konseling menggunakan sistem
tehnik-tehnik yang bertujuan untuk mempengaruhi konseli. Pendekatan terapi
eksistensial-humanistik bukan merupakan terapi tunggal, melainkan suatu
pendekatan yang mencakup terapi-terapi yang berlainan yang kesemuanya
berlandaskan konsep-konsep dan asumsi-asumsi tentang manusia. Konsep-konsep
utama pendekatan eksistensial yang membentuk landasan bagi praktek konseling,
yaitu:
a)
Kesadaran Diri,
Manusia memiliki kesanggupan untuk menyadari dirinya sendiri, suatu
kesanggupan yang unik dan nyata yang memungkinkan manusia mampu berpikir dan
memutuskan. Semakin kuat kesadaran diri seorang, maka akan semakin besar pula
kebebasan yang ada pada orang itu. Kesadaran untuk memilih
alternatif-alternatif yakni memutuskan secara bebas didalam kerangka
pembatasnya adalah suatu aspek yang esensial pada manusia. Kebebasan memilih
dan bertindak itu disertai tanggung jawab. Para ekstensialis menekan manusia
bertanggung jawab atas keberadaan dan nasibnya.
b)
Kebebasan, tanggung jawab, dan kecemasan.
Kesadaran atas kebebasan dan tanggung jawab bisa menimbulkan kecemasan
yang menjadi atribut dasar pada manusia. Kecemasan ekstensial bisa diakibatkan
atas keterbatasannya dan atas kemungkinan yang tak terhindarkan untuk mati
(nonbeing). Kesadaran atas kematian memiliki arti penting bagi kehidupan
individu sekarang, sebab kesasaran tersebut menghadapkan individu pada
kenyataan bahwa dia memiliki waktu yang terbatas untuk mengaktualkan
potensi-potensinya. Dosa ekstensial yang juga merupakan bagian kondisi manusia.
Adalah akibat dari kegagalan individu untuk benar benar menjadi sesuatu sesuai
dengan kemampuannya.
c) Penciptaan
Makna.
Manusia itu unik dalam arti bahwa ia berusaha untuk menentukan tujuan
hidup dan menciptakan nilai-nilai yang akan memberikan makna bagi kehidupan.
Menjadi manusia juga berarti menghadapi kesendirian (manusia lahir sendirian
dan mati sendirian pula). Walaupun pada hakikatnya sendirian, manusia memiliki
kebutuhan untuk berhubungan dengan sesamanya dalam suatu cara yang bermakna,
sebab manusia adalah mahluk rasional. Kegagalan dalam menciptakan hubungan yang
bermakna bisa menimbulkan kondisi-kondisi isolasi dipersonalisasi, alineasi,
kerasingan, dan kesepian. Manusia juga berusaha untuk mengaktualkan diri yakni
mengungkapkan potensi-potensi manusiawinya. Sampai tarap tertentu, jika tidak
mampu mengaktualkan diri, ia bisa menajdi “sakit”.
Unsur-unsur Terapi
a.
Tujuan-tujuan Terapeutik
Terapi eksistensial bertujuan agar klien mengalami keberadaan secara
otentik dengan menjadi sadar atas keberadaan dan potensi-potensi serta sadar
bahwa ia dapat membuka diri dan bertindak berdasarkan kemampuannya.
Tujuan terapi eksistensial adalah meluaskan kesadaran diri klien, dan
karenanya meningkatkan kesanggupan pilihannya, yakni menjadi bebas dan
bertanggung jawab atas arah hidupnya.
Terapi eksistensial juga bertujuan membantuklien agar mampu menghadapi
kecemasan sehubungan dengan tindakan memilih diri dan menerima kenyataan bahwa
dirinya lebih dari sekedar korban kekuatan-kekuatan deterministik di luar
dirinya.
b. Fungsi
dan Peran Terapis
Tugas utama terapis adalah berusaha memahami klien sebagai ada
dalam-dunia. Menurut Buhler dan Allen, para ahli psikologi humanistik memiliki
orintasi bersama yang mencakup hal-hal berikut: Mengakui pentingnya pendekatan
dari pribadi ke pribadi. Menyadari peran dari tanggung jawab terapis. Mengakui
sifat timbal balik dari hubungan terapeutik. Berorientasi pada pertumbuhan. Menekankan
keharusan terapis terlibat dengan klien sebagai suatu pribadi yang menyeluruh.
Mengakui bahwa putusan-ptusan dan pilihan-pilihan akhir terletak di
tengan klien. Memandang terapis sebagai
model, dalam arti bahwa terapis dengan gaya hidup dan pandangan humanistiknya
tentang manusia bisa secara implisit menunjukkan kepada klien potensi bagi
tindakan kreatif dan positif. Mengakui kebebasan klien untuk mengungkapkan
pandangan dan untuk mengembangkan tujuan-tujuan dan nilainya sendiri. Bekerja ke arah mengurangi kebergantungan
klien serta meningkatkan kebebasan klien.
c.
Teknik-teknik Terapi
Yang paling dipedulikan oleh konselor eksistensial adalah memahami dunia
subyektif si klien agar bisa menolongnya untuk bisa sampai pada pemahaman dan
pilihan-pilihan baru. Fokusnya adalah pada situasi hidup klien pada saat itu,
dan bukan pada menolong klien agar bisa sembuh dari situasi masa lalu (May
&Yalom, 1989). Biasaya terpis eksistensial menggunakan metode yang mencakup
ruang yang cukup luas, bervariasi bukan saja dari klien ke klien, tetapi juga
dengan klien yang sama dalam tahap yang berbeda dari proses terapeutik. Di satu
sisi, mereka menggunakan teknik seperti desentisasi (pengurangan kepekaan atas
kekurangan yang diderita klien sehabis konseling), asosiasi bebas, atau
restrukturisasi kognitif, dan mereka mungkin mendapatkan pemahaman dari
konselor yang berorientasi lain. Tidak ada perangkat teknik yang dikhususkan
atau dianggap esensial (Fischer & Fischer, 1983). Di sisi lain, beberapa
orang eksistensialis mengesampingkan teknik, karena mereka lihat itu semua
memberi kesan kekakuan, rutinitas, dan manipulasi
Sepanjang proses terapeutik, kedudukan teknik adalah nomor dua dalam hal
menciptakan hubungan yang akan bisa membuat konselor bisa secara efektif
menantang dan memahami klien.
Teknik-teknik
yang digunakan dalam konseling eksistensial-humanistik, yaitu:
Penerimaan
Rasa
hormat
Memahami
Menentramkan
Memberi
dorongan
Pertanyaan
terbatas
Memantulkan
pernyataan dan perasaan klien
Menunjukan
sikap yang mencerminkan ikut mersakan apa yang dirasakan klien
Bersikap
mengijinkan untuk apa saja yang bermakna
Pandangan Carl Rogers tentang perilaku
/ kepribadian
A. Konsep Dasar Pandangan Carl
Rogers Tentang Perilaku / Kepribadian
Carl Rogers adalah psikolog
humanistik kebangsaan Amerika yang berfokus pada hubungan tarapeutik dan
mengembangkan metode baru terapi berpusat pada klien. Rogers adalah salah satu
individu yang pertama kali menggunakan istilah klien bukan pasien. Terapi
berpusat pada klien berfkous pada peran klien, bukan ahli terapi, sebagai
proses kunci penyembuhan. Rogers yakin bahwa setiap orang menjalani hidup di
dunia secara berbeda dan mengetahui pengalaman terbaiknya. Menurut Rogers,
klien benar – benar “berupaya untuk sembuh” dan dalam hubungan ahli terapi –
klien yang suportif dan saling menghargai, klien dapat menyembuhkan dirinya
sendiri. Klien berada di posisi terbaik untuk mengetahui pengalamannya sendiri
dan memahami pengalamannya tersebut. Untuk memperoleh harga dirinya dan
mencapai aktualisasi diri tersebut.
Konsep
Carl Rogers tentang kepribadian
Berbagai istilah dan konsep
yang muncul dalam penyajian teori Rogers mengenai kepribadian dan perilaku yang
sering memiliki arti yang unik dan khas dalam orientasi sebagai berikut :
1. Pengalaman
Pengalaman mengacu pada dunia
pribadi individu. Setiap saat, sebagian dari hal ini terkait akan kesadaran.
Misalnya, kita merasakan tekanan pena terhadap jari – jari kita seperti yang
kita tulis. Beberapa mungkin sulit untuk membawa ke dalam kesadaran, seperti
ide, “Aku orang yang agresif”. Sementara kesadaran masyarakat yang sebenarnya
dari total lapangan pengalaman mereka mungkin terbatas, setiap individu adalah
satu – satunya yang bisa tahu itu seluruhnya.
2. Realitas
Untuk tujuan psikologis,
realitas pada dasarnya adalah dunia pribadi dari persepsi individu, meskipun
untuk tujuan sosial realitas terdiri dari orang – orang yang memiliki persepsi
tingkat tinggi kesamaan antara berbagai individu. Dua orang akan setuju pada
kenyataan bahwa orang tertentu adalah politisi. Satu melihat dirinya sebagai
seorang wanita baik yang ingin membantu orang dan berdasarkan kenyataan orang
menilai untuk dirinya. Kenyataannya orang lain adalah bahwa politisi
menyisihkan uang untuk rakyat dalam memiliki tujuan untuk memenangi hati dari
rakyat. Oleh karena itu orang ini memberi suara padanya (wanita). Dalam terapi,
di sebut sebagai merubah perasaan dan merubah persepsi.
3. Organisme
Bereaksi sebagai Terorganisir yang utuh
Seseorang mungkin lapar,
tetapi karena harus menyelesaikan laporan. Maka, orang tersebut akan melewatkan
makan siang. Dalam psikoterapi, klien sering menjadi lebih jelas tentang apa
yang lebih penting bagi mereka. Sehingga perubahan perilaku di arahkan dalam
tujuan untuk di klasifikasikan. Seorang politisi dapat memutuskan untuk tidak
mrncalonkan diri untuk mendapatkan jabatan karena ia memutuskan bahwa kehidupan
keluarganya lebih penting dari pada mencalonkan diri sebagai pejabat.
4. Organisme mengaktualisasi kecenderungan (The Organism Actualizing
Tendency)
Ini adalah prinsip utama dalam
tulisan – tulisan dari Kurt Goldstein, Hobart Mowrer, Harry Stack Sullivan,
Karen Horney, dan Andras Angyai. Untuk nama hanya beberapa. Perjuangan untuk
mengajarkan anak dalam belajar jalan adalah sebuah contoh. Ini adalah keyakinan
Rogers dan keyakinan sebagaian besar teori kepribadian yang lain. Di beri
pilihan bebas dan tidak adanya kekuatan eksternal. Individu lebih memilih untuk
menjadi sehat daripada sakit, untuk menjadi independen dari pada bergantung.
Dan secara umum untuk mendorong pengembangan optimal dari organisme total.
5. Frame
Internal Referensi
Ini adalah bidang persepsi
individu. Ini adalah cara dunia muncul dan sebuah makna yang melekat pada
pengalaman dan melibatkan perasaaan. Dari titik orang memiliki pusat pandangan.
Kerangka acuan internal memberikan pemahamana sepenuhnya tentang mengapa orang
berperilaku seperti yang mereka lakukan. Hal ini harus di bedakan dari
penilaian eksternal perilaku, sikap, dan kepribadian.
6. Konsep Diri
Istilah – istilah mengacu pada
gesalt, terorganisir konsisten, konseptual terdiri dari persepsi karakteristik
“I” atau “saya” dan persepsi tentang hubungan dari “I” atau “Aku” kepada orang
lain dan berbagai aspek kehidupan, bersama dengan nilai – nilai yang melekat
pada persepsi ini. Menurut Gesalt kesadaran merupakan cairan dan proses
perubahan.
7. Symbolization
Ini adalah proses di mana
individu menjadi sadar. Ada kecenderungan untuk menolak simbolisasi untuk
pengalaman berbeda dengan konsep dirinya. Misalnya, orang – orang menganggap
dirinya benar akan cenderung menolak simbolisasi tindakan berbohong. Pengalaman
ambigu cenderung di lambangkan dengan cara yang konsisten dengan konsep diri.
Seorang pembicara kurang percaya diri dapat di lambangkan khalayak diam sebagai
terkesan, orang yang percaya diri dapat melambangkan sebuah kelompok yang penuh
perhatian dan tertarik.
8. Penyesuaian
Psikologis & Ketidakmampuan Menyesuaikan diri
Hal ini mengacu pada
konsistensi, atau kurangnya konsistensi, antara pengalaman individu sensorik
dan konsep diri. Sebuah konsep diri yang mencakup unsur – unsur kelemahan dan
ketidaksempurnaan memfasilitasi simbolisasi dari pengalaman kegagalan.
Kebutuhan untuk menolak atau mendistorsi pengalaman seperti tidak ada dan
karena itu menumbuhkan kondisi penyesuaian psikologis.
9. Organismic
Valuing Process
Ini adalah proses yang
berkelanjutan di mana individu bebas bergantung pada bukti indra mereka sendiri
untuk membuat penilaian. Hal ini yang berbeda dengan sistem fixed menilai
intrijected di tandai dengan “kewajiban” dan “keharusan” dan juga dengan apa
yang seharusnya benar / salah. Proses menilai organismic konsisten dengan
hipotesis.
10. The Fully
Functioning Person
Rogers mendefinisikan mereka
yang bergantung pada Organismic valuing process seperti Fully functioning
person. Dapat mengalami semua perasaan mereka, ketakutan, memungkinkan
kesadaran bergerak bebas di dalam pikiran mereka dan melalui pengalaman mereka.
Unsur –
Unsur Terapi (Person – Centered)
1. Peran
Terapis
Menurut Rogers, peran terapis
bersifat holistik, berakar pada cara mereka berada dan sikap – sikap mereka,
tidak pada teknik – teknik yang di rancang agar klien melakukan sesuatu.
Penelitian menunjukkan bahwa sikap – sikap terapislah yang memfasilitasi
perubahan pada klien dan bukan pengetahuan, teori, atau teknik – teknik yang
mereka miliki. Terapis menggunakan dirinya sendiri sebagai instrument
perubahan. Fungsi mereka menciptakan iklim terapeutik yang membantu klien untuk
tumbuh. Rogers, juga menulis tentang I-Thou. Terapis menyadari bahasa verbal
dan nonverbal klien dan merefleksikannya kembali. Terapis dan klien tidak tahu
kemana sesi akan terarah dan sasaran apa yang akan di capai. Terapis percaya
bahwa klien akan mengembangkan agenda mengenai apa yang ingin di capainya.
Terapis hanya fasilitator dan kesabaran adalah esensial.
2.
Tujuan Terapis
Rogers berpendapat bahwa
terapis tidak boleh memaksakan tujuan – tujuan atau nilai – nilai yang di
milikinya pada pasien. Fokus dari terapi adalah pasien. Terapi adalah
nondirektif, yakni pasien dan bukan terapis memimpin atau mengarahkan jalannya
terapi. Terapis memantulkan perasaan – perasaan yang di ungkapkan oleh pasien
untuk membantunya berhubungan dengan perasaan – perasaanya yang lebih dalam dan
bagian – bagian dari dirinya yang tidak di akui karena tidak diterima oleh
masyarakat. Terapis memantulkan kembali atau menguraikan dengan kata – kata pa
yang di ungkapkan pasien tanpa memberi penilaian.
3. Teknik – Teknik Terapi
Untuk terapis person –
centered, kualitas hubungan terapis jauh lebih penting daripada teknik. Rogers,
percaya bahwa ada tiga kondisi yang perlu dan sudah cukup terapi, yaitu :
1. Empathy
2. Positive Regard
(acceptance)
3. Congruence
Empati adalah kemampuan terapis untuk merasakan
bersama dengan klien dan menyampaikan pemahaman ini kembali kepada mereka.
Empati adalah usaha untuk berpikir bersama dan bukan berpikir tentang atau
mereka. Rogers mengatakan bahwa penelitian yang ada makin menunjukkan bahwa empati
dalam suatu hubungan mungkin adalah faktor yang paling berpengaruh dan sudah
pasti merupakan salah satu faktor yang membawa perubahan dan pembelajaran.
Positive Regard yang di kenal juga sebagai
akseptansi adalah geunine caring yang mendalam untuk klien sebagai pribadi –
sangat menghargai klien karena keberadaannya.
Congruence / Kongruensi adalah kondisi transparan
dalam hubungan tarapeutik dengan tidak memakai topeng atau pulasan – pulasan.
Menurut Rogers perubahan kepribadian yang positif
dan signifikan hanya bisa terjadi di dalam suatu hubungan.
Daftar Pustaka :
https://herlinanainggolan60.wordpress.com/2013/05/07/perbedaan-antara-konseling-dengan-psikometri-2/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar