LOGOPSIKOTERAPI (FRANKI)
Kata “logo” berasal dari bahasa Yunani “logos” yang
berarti makna atau meaning dan juga “rohani”. Adapun kata “terapi” berasal dari
bahasa Inggris therapy yang artinya penggunaan teknik-teknik menyembuhkan dan
mengurangi suatu penyakit. Jadi, kata logoterapi artinya penggunaan teknik
untuk menyembuhkan dan mengurangi atau meringankan suatu penyakit melalui
penemuan makna hidup. Istilah tema utama logoterapi adalah karakteristik
eksistensi manusia, dengan makna hidup sebagai inti teori. Dibawah ini akan di
jelaskan lebih detail.
Konsep Dasar Pandangan Frankl tentang
Perilaku / Kepribadian
Pandangan Frankl tentang kesehatan psikologis
menekankan pentingnya kemauan akan arti. Tentu saja ini merupakan kerangka, di
dalamnya segala sesuatu yang lain diatur. Frankl berpendapat manusia harus dapat menemukan makna hidupnya
sendiri dan setelah menemukan lalu mencoba untuk memenuhinya. Bagi Frankl
setiap kehidupan mempunyai makna, dan kehidupan itu adalah suatu tugas yang
harus dijalani. Mencari makna dalam hidup inilah prinsip utama teori Frankl
Logoterapi. Logoterapi memiliki tiga konsep dasar, yakni
Kebebasan berkehendak (Freedom of
Will)
Dalam pandangan logoterapi, manusia adalah mahluk yang
istimewa karena mempunyai kebebasan. Kebebasan yang dimaksud dalam freedom of
will seperti:
-
Kebebasan yang bertanggungjawab.
-
Kebebasan untuk mengambil sikap (freedom to take a stand) atas kondisi- kondisi tersebut.
-
Kebebasan untuk menentukan sendiri apa yang dianggap penting dalam hidupnya.
Kehendak Hidup Bermakna (The Will to
Meaning)
Konsep keinginan kepada makna (the will to meaning)
inilah menjadi motivasi utama kepribadian manusia (Frankl, 1977). Dalam
psikoanalisa memandang manusia adalah pencari kesenangan. Pandangan psikologi
individual bahwa manusia adalah pencari kekuasaan. Menurut logoterapi bahwa
kesenangan merupakan efek dari pemenuhan makna, sedangkan kekuasaan merupakan
prasyarat bagi pemenuhan makna. Mengenal makna, menurut Frankl bersifat menarik
dan menawari bukannya mendorong. Karena sifatnya menarik maka individu
termotivasi untuk memenuhinya. Agar individu menjadi individu yang bermakna,
maka melakukan berbagai kegiatan yang syarat dengan makna.
Makna Hidup (The Meaning Of Life)
Makna yaitu suatu hal yang didapat dari pengalaman
hidupnya baik dalam keadaan senang maupun dalam penderitaan. Makna hidup
dianggap identik dengan tujuan hidup. Makna hidup bisa berbeda antara satu
dengan yang lainya dan berbeda setiap hari, bahkan setiap jam. Karena itu, yang
penting secara umum bukan makna hidup, melainkan makna khusus dari hidup pada
suatu saat tertentu. Setiap individu memiliki pekerjaan dan misi untuk
menyelesaikan tugas khusus. Dalam kaitan dengan tugas tersebut dia tidak bisa
digantikan dan hidupnya tidak bisa diulang. Karena itu, manusia memiliki tugas
yang unik dan kesempatan unik untuk menyelesaikan tugasnya (Frankl, 2004).
Unsur-unsur Terapi
Munculnya
gangguan / kecemasan
Saat individu tidak memiliki keinginan terhadap
sesuatu (apapun), karena keinginan akan mendorong setiap manusia untuk
melakukan berbagai kegiatan agar hidupnya di rasakan berarti dan berharga.
Menurut Frankl (2004) terdapat dua tahapan pada sindroma ketidakbermaknaan,
yaitu:
- Frustasi eksistensial (exsistential
frustration) atau disebut juga kehampaan
eksistensial (exsistetial vacuum)
Menurut Koesworo,1992, exsistential frustration adalah
fenomena umum yang berkaitan dengan keterhambatan atau kegagalan individu dalam
memenuhi keinginan akan makna.
- Neurosis noogenik (noogenic neuroses)
Yaitu suatu manifestasi khusus dari frustasi
eksistensial yang ditandai dengan simptomatologi neurotik klinis tertentu yang
tampak (Koesworo,1992). Frankl menggunakan istilah ini untuk membedakan dengan
keadaan neurosis somatogenik, yaitu neurosis yang berakar pada kondisi
fisiologis tertentu dan neurosis psikogenik yaitu neurosis yang bersumber pada
konflik-konflik psikologis
Teknik-teknik Terapi
Dalam logoterapi, klien diajarkan bahwa setiap
kehidupan dirinya mempunyai maksud, tujuan, dan makna yang harus diupayakan
untuk ditemukan dan dipenuhi. Hidup tidak lagi kosong jika sudah menemukan
sebab dan sesuatu yang dapat mendedikasikan eksistensi kita. Victor Frankl
dikenal sebagai terapis yang memiliki pendekatan klinis yang detail.
Teknik-teknik yang digunakan antara lain:
- Intensi paradoksal
Mampu menyelesaikan lingkaran neurotis yang disebabkan
kecemasan anti sipatori dan hiper-intensi. Intensi paradoksal adalah keinginan
terhadap sesuatu yang ditakuti.
Contohnya:
A. Seorang pemuda yang selalu gugup ketika
bergaul.
B. Masalah tidur.
Menurut Frankl, kalau menderita insomnia, seharusnya
tidak mencoba berbaring ditempat tidur, memejamkan mata, mengosongkan pikiran
dan sebagainya. Seharusnya berusaha menjaganya selama mungkin. Setelah itu baru
merasakan adanya kekuatan yang mendorong untuk melangkah ke kasur.
- De-refleksi.
Frankl percaya sebagian besar persoalan kejiwaan
berawal dari perhatian yang terfokus pada individu. Dengan mengalihkan
perhatian dari individu dan mengarahkannya pada orang lain, persoalan-persoalan
itu akan hilang dengan sendirinya. Misalnya, mengalami masalah seksual, cobalah
memuaskan pasangan tanpa memperdulikan kepuasan individu atau cobalah tidak
memuaskan siapa saja, tidak diri anda, tidak juga diri pasangan.
RATIONAL EMOTIVE THERAPY (ELLIS)
Konsep Dasar
Menurut
Albert Ellis, manusia pada dasarnya adalah unik yang memiliki kecenderungan
untuk berpikir rasional dan irasional. Ketika berpikir dan bertingkahlaku
rasional manusia akan efektif, bahagia, dan kompeten. Ketika berpikir dan
bertingkahlaku irasional individu itu menjadi tidak efektif. Reaksi emosional
seseorang sebagian besar disebabkan oleh evaluasi, interpretasi, dan filosofi
yang disadari maupun tidak disadari. Hambatan psikologis atau emosional
tersebut merupakan akibat dari cara berpikir yang tidak logis dan irasional,
yang mana emosi yang menyertai individu dalam berpikir penuh dengan prasangka,
sangat personal, dan irasional.
Perkembangan kepribadian dimulai dari bahwasanya
manusia tercipta dengan a) dorongan yang kuat untuk mempertahankan diri dan
memuaskan diri. b) Kemampuan untuk self-destruktive, hedonis buta dan menolak
aktualisasi diri.[1]
Berpikir irasional ini diawali dengan belajar secara
tidak logis yang biasanya diperoleh dari orang tua dan budaya tempat
dibesarkan. Berpikir secara irasional akan tercermin dari kata-kata yang digunakan.
Kata-kata yang tidak logis menunjukkan cara berpikir yang salah dan kata-kata
yang tepat menunjukkan cara berpikir yang tepat. Perasaan dan pikiran negatif
serta penolakan diri harus dilawan dengan cara berpikir yang rasional dan
logis, yang dapat diterima menurut akal sehat, serta menggunakan cara
verbalisasi yang rasional.
Pandangan pendekatan rasional emotif tentang
kepribadian dapat dikaji dari konsep-konsep kunci teori Albert Ellis : ada tiga
pilar yang membangun tingkah laku individu, yaitu Antecedent event (A), Belief
(B), dan Emotional consequence (C). Kerangka pilar ini yang kemudian dikenal
dengan konsep atau teori ABC.[2]
1. Antecedent event (A) yaitu segenap
peristiwa luar yang dialami atau memapar individu. Peristiwa pendahulu yang berupa
fakta, kejadian, tingkah laku, atau sikap orang lain. Perceraian suatu
keluarga, kelulusan bagi siswa, dan seleksi masuk bagi calon karyawan merupakan
antecendent event bagi seseorang.
2. Belief (B) yaitu keyakinan, pandangan,
nilai, atau verbalisasi diri individu terhadap suatu peristiwa. Keyakinan
seseorang ada dua macam, yaitu keyakinan yang rasional (rational belief atau
rB) dan keyakinan yang tidak rasional (irrasional belief atau iB). Keyakinan
yang rasional merupakan cara berpikir atau system keyakinan yang tepat, masuk
akal, bijaksana, dan kerana itu menjadi prosuktif. Keyakinan yang tidak
rasional merupakan keyakinan ayau system berpikir seseorang yang salah, tidak
masuk akal, emosional, dan keran itu tidak produktif.
3. Emotional consequence (C) merupakan
konsekuensi emosional sebagai akibat atau reaksi individu dalam bentuk perasaan
senang atau hambatan emosi dalam hubungannya dengan antecendent event (A).
Konsekuensi emosional ini bukan akibat langsung dari A tetapi disebabkan oleh beberapa
variable antara dalam bentuk keyakinan (B) baik yang rB maupun yang iB.
Selain
itu, Ellis juga menambahkan D dan E untuk rumus ABC ini. Seorang terapis harus
melawan (dispute; D) keyakinan-keyakinan irasional itu agar kliennya bisa
menikmati dampak-dampak (effects; E) psikologis positif dari
keyakinan-keyakinan yang rasional
Karakteristik terapi rasional-emotif
:
a)
Aktif-direktif
Dalam
hubungan konseling lebih aktif membantu mengarahkan klien dalam menghadapi dan
memecahkan masalah
b) Kognitif-eksperiensial
Hubungan
yang dibentuk harus berfokus pada aspek kognitif dari klien dan berintikan
pemecahan masalah yang rasional
c)
Emotif-eksperiensial
Hubungan
yang dibentuk juga melihat aspek emotif klien dengan mempelajari sumber
gangguan emosional, sekaligus membongkar akar-akar keyakinan yang keliru yang
mendasari gangguan tersebut.
d)
Behavioristik
Hubungan
yang dibentuk harus menyentuh dan mendorong terjadinya perubahan perilaku dalam
diri kliennya
e) Kondisional
Hubungan
dalam terapi rasional – emotif dilakukan dengan membuat kondisi tertentu
terhadap klien melalui berbagai teknik kondisioning untuk mencapai tujuan
terapi konseling.
Gambaran
tentang apa yang dilakukan oleh seorang praktisi rasional-emotif :
a)
Mengajak klien untuk menanggalkan ide-ide rasional yang mendasari gangguan
emosional dan perilaku
b)
Menantang klien dengan berbagai ide yang
valid dan rasional
c)
Menunjukkan kepada klien asas ilogis dalam berfikir
d)
Menggunakan analisis logis untuk mengurangi keyakinan irasional klien
e)
Menunjukkan bahwa keyakinan irasional ini adalah kooperative. Menggunakan humor
untuk menantang irasionalitas pemikiran klien
f)
Menjelaskan kepada klien bagaimana ide yang irasional ini dapat ditempatkan
kembali atau didistribusikan kepada ide-ide rasional yang harus secara empirik
melatarbelakangi kehidupannya
g)
Mengajarkan bagaimana mengaplikasikan pendekatan ilmiah, obyektif dan logis
dalam berfikir
Teknik-teknik terapi
Teknik
emotif (afektif)
·
Teknik Assertive Training , yaitu teknik
yang digunakan untuk melatih, medorong dan membiasakan klien untuk terus
menerus menyesuaikan diri dengan perilaku tertentu yang diinginkan.
·
Teknik sosiodrama, yang digunakan untuk
mengekspresikan berbagai jenis perasaan yang menekan (perasaan negatif) melalui
suasana yang didramatisasikan.
·
Teknik self modeling atau diri sebagai
model, yakni teknik yang digunakan untuk meminta klien agar berjanji atau
mengadakan komitmen dengan konselor untuk menghilangkan perasaan atau perilaku
tertentu
.
Teknik imitasi, yakni teknik yang
digunakan dimana klien diminta untuk menirukan secara terus menerus soal model
perilaku tertentu dengan maksud menhadapi dan menghilangkan perilakunya sendiri
yang negatif.
·
Teknik reinforcement / penguatan, yaitu
teknik yang digunakan untuk mendorong klien kearah perilaku yang lebih rasional
dan logis dengan jalan memberikan pujian verbal (reward) ataupun punishment/
hukuman.
\·
Teknik social modeling/ penguatan
modeling, yakni teknik yang digunakan untuk memberikan perilaku-perilaku baru
kepada klien.
·
Teknik live models/ model dari kehidupan
nyata, yang digunakan untuk menggambarkan perilaku tertentu.
Teknik-teknik kognitif
Home work assigments/ pemberian tugas rumah , klien
diberikan tugas rumah untuk berlatih, membiasakan diri serta
menginternalisasikan sistem nilai tertentu yang menurut pola perilaku yang
diharapkan.
Teknik Assertive , teknik yang digunakan untuk melatih
keberanian klien dalam mengekspresikan perilaku tertentu yang diharapkan
melalui role playing atau bermain peran.
Bibliotherapy, teknik yang digunakan untuk membalikkan
pola pikir irasional dan ketidaklogisan dalam diri konseli yang menyebabkan
permasalahan lewat buku-buku. Konselor memilih buku-buku bacaan yang sekiranya
dapat membantu konseli dalam mengubah pola pikir irasional
menjadi rasional.
TERAPI KELOMPOK (GROUP THERAPY)
Konsep Terapi Kelompok
Terapi Kelompok merupakan suatu
psikoterapi yang dilakukan sekelompok pasien bersama-sama dengan jalan
berdiskusi satu sama lain yang dipimpin atau diarahkan oleh seorang terapis
atau petugas kesehatan jiwa yang telah terlatih. Terapi kelompok adalah terapi
psikologi yang dilakukan secara kelompok untuk memberikan stimulasi bagi klien
dengan gangguan interpersonal. Keuntungan yang diperoleh individu melalui
terapi aktivitas kelompok ini adalah dukungan (support), pendidikan,
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah, meningkatkan kemampuan hubungan
interpersonal dan meningkatkan uji realitas sehingga terapi aktivitas kelompok
ini dapat dilakukan pada karakteristik gangguan seperti : gangguan konsep diri,
harga diri rendah, perubahan persepsi sensori halusinasi, klien dengan perilaku
kekerasan atau agresif dan amuk serta menarik diri/isolasi sosial.
Selain itu, dapat mengobati klien
dalam jumlah banyak, dapat mendiskusikan masalah-masalah secara kelompok,
menggali gaya berkomunikasi, belajar bermacam cara dalam memecahkan masalah,
dan belajar peran di dalam kelompok. Namun, pada terapi ini juga terdapat
kekurangan yaitu : kehidupan pribadi klien tidak terlindungi, klien kesulitan
mengungkapkan masalahnya, terapis harus dalam jumlah banyak. Dengan sharing
pengalaman pada klien dengan isolasi sosial diharapkan klien mampu membuka
dirinya untuk berinteraksi dengan orang lain sehingga keterampilan hubungan
sosial dapat ditingkatkan untuk diterapkan sehari-hari.
Bentuk-bentuk
Terapi Kelompok
Terapi
kelompok terdiri atas beberapa bentuk, sebagian besar berasal dari jenis-jenis
terapi individual yaitu:
1. Kelompok eksplorasi interpersonal
Tujuannya adalah mengembangkan kesadaran diri tentang gaya
hubungan interpersonal melalui umpan balik korektif dari anggota kelompok yang
lain. Pasien diterima dan didukung oleh kerena itu, utuk meningkatkan harga
diri, tipe ini yang paling umum dilakukan.
2. Kelompok Bimbingan-Inspirasi
Kelompok yang sangat terstruktur, kosesif, mendukung, yang
meminimalkan pentingnya dan memaksimalkan nilai diskusi di dalam kelompok dan
persahabatan. Kelompoknya mungkin saja besar, anggota kelompok dipilih sering
kali kerena mereka mempunyai problem yang sama.
3. Terapi Berorientasi Psikoanalitik
Suatu tehnik kelompok dengan struktur yang longgar, terapis
melakukan interprestasi tentang konflik yang
disadari pasien dan memprosesnya
dari obserpasi interaksi antar anggota kelompok. Sebagian besar terapi kelompok
yang sukses tampaknya bergantung lebih pada pengalaman, sensitivitas,
kehangatan, dan kharisma pemimpin kelompok dari pada orientasi teori yang
dianut (Tomg dalam Ahmad, 2012).
Berbagai masalah dalam kelompok
untuk mengembangkan kepercayaan diri, sensitifitas, dan keterampilan sosial.
Terdapat penekanan pada hubungan timbal balik antar anggota kelompok yang
difasilitasi oleh ahli terapi. Terapi kelompok dapat berlangsung terus menerus
atau terbatas waktu (Hibbert dalam Ahmad, 2012).
Teknik-teknik Terapi
Berikut sejumlah teknik yang dapat
digunakan ketika melaksanakan terapi kelompok :
- Teknik yang melibatkan para anggota
- Teknik yang melibatkan pemimpin
- Menggunakan babak-babak terapeutik
- Teknik sesekali membantu lebih dari satu anggota
- Teknik untuk bekerja dengan Individu secara tidak langsung
- Teknik yang menyebabkan para anggota berbagi pada tingkat lebih pribadi
TEKNIK PRILAKU (BEHAVIOR THERAPY)
Behavior
theraphy merupakan
terapi yang berdasarkan teori psikologi, yaitu teori tingkah laku/ behavior
yang dicetuskan oleh tokoh-tokoh behavioral seperti Ivan Pavlov, Skinner,
Bandura, Thorndike, dll. Terapi ini berfokus pada bagaimana orang-orang belajar
dan kondisi-kondisi apa saja yang menentukan tingkah laku mereka. Istilah
terapi tingkah laku berasal dari bahasa inggris behavior theraphy yang pertama
kali digunakan oleh Jhon D. Krumboln (1964). Krumboln merupakan promoter utama
dalam menerapkan pendekatan behavioristik terhadap dunia konseling maupun terapi,
meskipun dia melanjutkan aliran yang sudah dimulai sejak tahun 1950, sebagai
reaksi terhadap corak terapi yang memandang hubungan antar pribadi, antara
terapis dan klien sebagai komponen yang mutlak diperlukan dan sekaligus cukup
untuk memberikan bantuan psikologis kepada seseorang.
Terapi
tingkah laku adalah penerapan aneka ragam teknik dan prosedur yang berakar pada
berbagai teori tentang belajar dengan menyertakan penerapan sistematis
prinsip-prinsip belajar pada perubahan tingkah laku kea rah cara-cara yang
lebih adaptif. Pendekatan ini banyak memberikan sumbangan dalam bidang klinis
ataupun pendidikan. Dengan berlandaskan teori belajar modifikasi pelaku dan
terapi tingkah laku adalah pendekatan-pendekatan terhadap konseling dan
psikoterapi yang berurusan dengan pengubahan tingkah laku. Behavior konseling
adalah salah satu teknik yang digunakan dalam menyelesaikan tingkah laku yang
ditimbulkan oleh dorongan dari dalam dan dorongan untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan hidup yang dilakukan melalui proses belajar. Agar orang
bisa bertindak dan bertingkah laku lebih efektif dan efisien. Aktivitas inilah
yang disebut sebagai belajar.
Terapi
tingkah laku dapat digunakan dalam menyembuhkan berbagai penyimpangan
perilaku (maladaptive) menjadi yang adaptif, serta berbagai gangguan tingkah
laku dari yang sederhana hingga yang kompleks, seperti gagap, phobia, perilaku
kompulsif, penyimpangan seksual, reaksi konversi dan penyimpangan tingkah laku
lainnya. Terapi ini dapat dilakukan baik untuk individu maupun kelompok, dan
cocok untuk semua kalangan anak-anak, remaja, orang tua, hingga lansia.
Konsep Utama Terapi Behavior
Konsep
utama terapi tingkah laku ini adalah keyakinan tentang martabat manusia yang
sebagai bersifat falsafah dan sebagian lagi becorak psikologis, yaitu:
- Manusia pada dasarnya tidak berakhlak baik atau buruk, bagus atau jelek. Manusia mempunyai potensi untuk bertingkah laku baik atau buruk, tepat atau salah berdasarkan bekal keturunan dan lingkungan (nativisme dan empirisme), terbentuk pola-pola bertingkah laku yang menjadi cirri-ciri khas kepribadiannya.
- Manusia mampu untuk berefleksi atas tingkah lakunya sendiri, menangkap apa yang dilakukannya dan mengatur serta mengontrol perilakunya sendiri.
- Manusia mampu untuk memperoleh dan membentuk sendiri pola-pola tingkah laku yang baru melalui suatu proses belajar. Kalau pola-pola lama dahulu dibentuk melalui belajar, pola-pola itu dapat diganti melalui usaha belajar yang baru.
- Manusia dapat memengaruhi perilaku orang lain dan dirinya dipengaruhi oleh perilaku orang lain.
Perilaku
dipandang sebagai respon terhadap stimulasi atau perangsangan eksternal dan
internal. Kontribusi terbesar terapi behavior adalah bagaimana memodifikasi
perilaku melalui rekayasa lingkungan sehingga terjadi proses belajar untuk perubahan
perilaku. Dasar teori terapi behavior adalah bahwa perilaku dapat dipahami
sebagai hasil kombinasi:
- Belajar waktu lalu hubungannya dengan keadaan yang serupa
- Keadaan motivasional sekarang dan efeknya terhadap kepekaan lingkungan
- Perbedaan-perbedaan biologis baik secara genetik atau karena gangguan fisiologik
Bentuk bentuk terapi Perilaku
1. Sistematis Desensitisasi
Jenis terapi perilaku yang digunakan dalam bidang psikologi
untuk membantu secara efektif mengatasi fobia dan gangguan kecemasan lainnya.
Lebih khusus lagi, adalah jenis terapi Pavlov/terapi operant conditioning
therapy yang dikembangkan oleh psikiater Afrika Selatan, Joseph Wolpe.
Dalam metode ini, pertama-tama klien
diajarkan keterampilan relaksasi untuk mengontrol rasa takut dan kecemasan
untuk fobia spesifik. Klien dianjurkan menggunakannya untuk bereaksi terhadap
situasi dan kondisi sedang ketakutan. Tujuan dari proses ini adalah bahwa
seorang individu akan belajar untuk menghadapi dan mengatasi phobianya, yang
kemudian mampu mengatasi rasa takut dalam phobianya.
Fobia spesifik merupakan salah satu
gangguan mental yang menggunakan proses desensitisasi sistematis. Ketika
individu memiliki ketakutan irasional dari sebuah objek, seperti ketinggian,
anjing, ular, mereka cenderung untuk menghindarinya.
Tujuan dari desensitisasi sistematis untuk mengatasi
ini adalah pola memaparkan pasien bertahap ke objek fobia sampai dapat
ditolerir.
2. Exposure and Response Prevention (ERP)
Untuk berbagai gangguan kecemasan,
terutama gangguan Obsessive Compulsive. Metode ini berhasil bila efek
terapeutik yang dicapai ketika subjek menghadapi respons dan menghentikan
pelarian.
Metodenya dengan memaparkan pasien
pada situasi dengan harapan muncul kemampuan menghadapi respon (coping) yang
akan mengurangi mengurangi tingkat kecemasannya. Sehingga pasien bisa
belajar dengan menciptakan coping strategy terhadap keadaan yang bisa
menyebabkan kecemasan perasaan dan pikiran. Coping strategy ini dipakai
untuk mengontrol situasi, diri sendiri dan yang lainnya untuk mencegah
timbulnya kecemasan.
3. Modifikasi perilaku
Menggunakan teknik perubahan perilaku
yang empiris untuk memperbaiki perilaku, seperti mengubah perilaku individu dan
reaksi terhadap rangsangan melalui penguatan positif dan negatif.
Penggunaan pertama istilah
modifikasi perilaku nampaknya oleh Edward Thorndike pada tahun 1911. Penelitian
awal tahun 1940-an dan 1950-an istilah ini digunakan oleh kelompok penelitian
Joseph Wolpe, teknik ini digunakan untuk meningkatkan perilaku adaptif melalui
reinforcement dan menurunkan perilaku maladaptive melalui hukuman (dengan
penekanan pada sebab).
Salah satu cara untuk memberikan
dukungan positif dalam modifikasi perilaku dalam memberikan pujian,
persetujuan, dorongan, dan penegasan; rasio lima pujian untuk setiap satu
keluhan yang umumnya dipandang sebagai efektif dalam mengubah perilaku dalam
cara yang dikehendaki dan bahkan menghasilkan kombinasi stabil.
4. Flooding,
Teknik
psikoterapi yang digunakan untuk mengobati fobia. Ini bekerja dengan mengekspos
pasien pada keadaan yang menakutkan mereka. Misalnya ketakutan pada laba
laba (arachnophobia ), pasien kemudian dikurung bersama sejumlah laba
laba sampai akhirnya sadar bahwa tidak ada yang terjadi.
Banjir
ini diciptakan oleh psikolog Thomas Stampfl pada tahun 1967. Flooding adalah
bentuk pengobatan yang efektif untuk fobia antara lain psychopathologies.
Bekerja pada prinsip-prinsip pengkondisian klasik-bentuk pengkondisian Pavlov
klasik-di mana pasien mengubah perilaku mereka untuk menghindari rangsangan
negatif.
Tehnik Terapi:
Ø Mencari stimulus yang memicu gejala
gejala
Ø Menaksir/analisa kaitan kaitan
bagaimana gejala gejala menyebabkan perubahan tingkah laku klien dari keadaan
normal sebelumnya.
Ø Meminta klien membayangkan sejelas
jelasnya dan menjabarkannya tanpa disertai celaan atau judgement oleh terapis.
Ø Bergerak mendekati pada ketakutakan
yang paling ditakuti yang dialami klien dan meminta kepadanya untuk
membayangkan apa yang paling ingin dihindarinya, dan
Ø Ulangi lagi prosedur di atas sampai
kecemasan tidak lagi muncul dalam diri klien
Daftar pustaka :
https://nurainiajeeng.wordpress.com/2013/04/30/behavior-theraphy/
https://www.facebook.com/notes/henrikus-yohann/psikoterapi-terapi-perilaku-behaviour-therapy/10150208701516934/
http://muhammaddany.blogspot.com/2014/04/tugas-psikoterapi-2.html
Corey Gerald, Teori dan Paktek Konseling &
Psikoterapi, PT Refika Aditama : Bandung, 2007
Drs. Abdul hayat, M.Pd, Teori dan Teknik Pendekatan
Konseling, Banjarmasin, lanting media aksara:2010
Bastaman, H.D. (2007). Logoterapi “Psikologi untuk
Menemukan Makna Hidup dan Meraih Hidup Bermakna”. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Frankl. Emil. (2004). On the theory and therapy of
mental disorders: an introduction to logotherapy and existential analysis.
Brunner-Routledge 270 Madison Avenue. New York.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar